Site icon Lingkar.co

Analisa Peneliti C-Polsis: Isu Agama dan Parpol Mesin Politik Jadi Penentu Pilihan Masyarakat Pada Pilwalkot Semarang

Pilwalkot Semarang antara Yoyok-Joss Vs Agustus-Iswar. Ilustrasi: Lingkar.co

Lingkar.co – Peneliti C-Polsis, Nur Syamsudin memberikan tanggapan tentang isi agama dan kekuatan partai politik sebagai mesin politik untuk memenangkan pasangan calon (Paslon) dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Semarang 2024..

Menurut Nur Syam, sapaan akrabnya, secara umum agama tidak menjadi faktor utama prefensi masyarkat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Faktor yang mempengaruhi preferensi ini biasanya mencakup popularitas kandidat, program yang ditawarkan, serta isu-isu lokal yang relevan,” ujarnya saat dikonfirmasi Lingkar.co melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Minggu (22/9/2024).

Ia lantas menjelaskan, agama bisa menjadi preferensi secara khusus apabila Agama dijadikan isu identitas politik. Artinya, agama dapat menjadi bagian penting dari identitas sosial, yang memengaruhi preferensi kandidat.

“Kedua, agama dijadikan program dan janji. Kandidat yang dianggap sejalan dengan nilai-nilai agama tertentu sering kali mendapatkan dukungan lebih,” paparnya.

Ketiga, lanjutnya, agama sebagai komunitas. Yakni mobilisasi dukungan dalam komunitas berbasis agama. Maka hal itu dapat berdampak pada hasil pemilihan.

Yang terakhir, agama menjadi isu moral sebagaimana lazimnya isu-isu yang berkaitan dengan moralitas dan etika, yang sering kali terkait dengan ajaran agama. “Ini juga bisa menjadi faktor penentu pilihan masyarakat,” jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini ada dua kandidat yang resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Semarang. Yakni pasangan Agustina Wilujeng Pramestuti dan Iswar Aminuddin atau Agustina-Iswar yang diusung oleh PDI Perjuangan. Ramai dalam perbincangan tentang Agustina yang beragama Katolik dari paroki St. Maria Fatima.

Kedua, Paslon Alamsyah Satyanegara (AS) Sukawijaya atau Yoyok Sukawi dan Joko Santoso (Yoyok-Joss) yang diusung semua partai parlemen di Kota Semarang. Antara lain: Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Nasdem, PKB, PAN, PKS, dan PPP.

Terkait partai pengusung, Nur Syam mengira PDI Perjuangan sebagai partai politik pengusung Agustina-Iswar telah berhitung dengan matang. PDIP tentu menjadi mesin politik kandidat yang efektif jika dilihat dari pengalaman pemilu selama ini.

Ia mengakui mesin politik atau infrastruktur partai berlambang banteng kekar bermoncong putih sejauh ini berjalan secara sistematis dalam pemenangan Pilkada. “Pengalaman membuktikan hal itu,” tandasnya.

Namun demikian ia juga mengingatkan pengalaman Pilpres 2024 kemarin, Prabowo-Gibran mampu memenangkan suara di Kota Semarang yang notabene disebut kandang banteng. Mesin politik PDI Perjuangan Semarang tidak berjalan secara baik karena berdayakan dengan kekuatan lain yang lebih besar.

“Situasi hari ini berbeda, sehingga menurut dugaan saya mesin politik partai khususnya PDIP akan bisa berjalan dengan baik,” paparnya.

Terkait hasil survei, Nur Syam mengingatkan survei politik, khususnya Pilkada tidak boleh mengandalkan hasil dari satu lembaga survei saja. “Mesti ada perbandingan dengan lembaga survei yang lain, sehingga ada kebenaran obyektif,” ingatnya.

Disamping itu, ia lanjut menerangkan, lembaga survei juga perlu menjelaskan metodologi yang digunakan seperti pengambilan sampel, ukuran sampel dan teknik pengumpulan data. “Juga yang penting, surveyor secara transparan menyampaikan dana survei berasal dari mana? Apakah dibiayai sendiri atau merupakan pesanan dari pihak tertentu. Itu perlu disebutkan,” tandasnya.

“Sehingga kepercayaan terhadap hasil survei bisa diyakini kebenarannya. Juga urgen adalah umpan balik dari masyarakat; ajaklah masyarakat untuk mendiskusikan hasil survei tersebut,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Exit mobile version