Site icon Lingkar.co

Ancaman Nyata Krisis Iklim di Pesisir Jawa Tengah

Local Lead for Resilience Policy and Practice Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama. (dok Istimewa)

Local Lead for Resilience Policy and Practice Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama. (dok Istimewa)

Lingkar.co — Dampak krisis iklim semakin terasa nyata dalam beberapa tahun terakhir, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai (DAS).

Mercy Corps Indonesia bersama Climate Resilience Alliance (CRA), berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Kick-off Meeting Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim (Climate Risk and Impact Assessment/CRIA).

Dalam kajian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah wilayah pesisir di Jawa Tengah kini berada dalam ancaman banjir rob akibat peningkatan muka air laut. Daerah yang terdampak di antaranya Kabupaten Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, serta Demak.

Bencana tersebut semakin diperparah oleh kondisi lingkungan di kawasan hulu sungai yang semakin kritis, sehingga memberikan dampak besar terhadap wilayah hilir.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno menyampaikan komitmen pemerintah provinsi untuk mendukung upaya adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan DAS secara terpadu.

“Melalui penyusunan CRIA ini, kita memperkuat pemahaman bersama dan menyelaraskan langkah untuk merumuskan kebijakan yang adaptif dan berbasis bukti. Kolaborasi multipihak adalah kunci untuk membangun Jawa Tengah yang lebih resilien dan siap menghadapi tantangan perubahan iklim,” ujarnya.

Local Lead for Resilience Policy and Practice Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama menjelaskan bahwa kajian tahun ini berfokus pada upaya penurunan risiko banjir dari hulu hingga hilir.

“Nah, disini nanti kita coba petakan kira-kira daerah dengan resiko tinggi, resiko sangat tinggi untuk bisa ada rencana aksi pengurangannya,” katanya saat ditemui Lingkar, Kamis (11/12/2025).

Arif menegaskan perlunya perhatian serius dari para pemangku kebijakan untuk mengantisipasi dampak krisis iklim yang diprediksi akan semakin sering terjadi di masa mendatang.

“Jadi harapannya nanti kajian ini bisa digunakan sebagai dasar perencanaan, baik strategis maupun teknis ke depannya,” ujarnya.

Kawasan yang saat ini menjadi fokus kajian adalah DAS Babon (Sayung hingga Penggaron) dan DAS Tuntang (Demak, Grobogan, Ungaran hingga Salatiga).

Menurut Arif, aktivitas perkebunan dan perhutanan sosial di kawasan tengah DAS Tuntang menjadi salah satu perhatian. Degradasi kawasan hulu menyebabkan hilangnya daya serap air, sehingga memicu banjir seperti yang terjadi di Grobogan beberapa waktu lalu.

“Kami ingin melihat bagaimana alih fungsi lahan di hulu benar-benar berpengaruh pada kondisi banjir di pesisir. Penyusunan solusi konservasi menjadi penting untuk mencegah kejadian serupa,” ujarnya.

Sedangkan masyarakat di kawasan pesisir seperti Sayung, Kabupaten Demak, menghadapi dampak berat dari banjir rob dan penurunan muka tanah.

Banyak tambak yang tidak bisa lagi dimanfaatkan, sehingga mata pencaharian warga hilang. Kelompok rentan seperti perempuan dan penyandang disabilitas juga membutuhkan dukungan khusus. Sehingga perlunya masyarakat mengembangkan alternatif ekonomi adaptif.

“Seperti di Pekalongan, kami juga turut mendampingi warga memberikan alternatif, misalkan budidaya bandeng dengan teknologi bioflok dan keramba jaring apung yang tahan terhadap banjir rob, dan membuatkan rantai pasok hingga nasional,” ujarnya.

Saat ini kajian di DAS Babon dan DAS Tuntang masih berada pada fase awal atau kick-off. CRA sedang mempersiapkan basis ilmiah yang akan melandasi strategi kebijakan hingga rencana implementasi di lapangan.

“Hasil kajian diperkirakan keluar akhir tahun ini. Tahun depan kami mulai mengembangkan opsi-opsi solusi yang bisa diterapkan bersama pemerintah,” katanya.

Arif menyebut bahwa pihaknya, siap mendukung implementasi kebijakan baik dari sisi komitmen maupun potensi pembiayaan.

“Iya, jadi nanti kita akan support baik dari sisi komitmen maupun potensi pembiayaan yang mungkin bisa kita kolaborasi ya,” tuturnya. ***

Exit mobile version