Site icon Lingkar.co

Bandara Ngloram Mangkrak, Wakil Ketua DPRD Blora; Sudah Ada Penjajakan Dengan Susi Air

Bandara Ngloram di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Foto: dokumentasi

Bandara Ngloram di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Bandara Ngloram Blora sepi okupasi penumpang, maskapai penerbangan Citilink menutup jadwal penerbangan sehingga bandara yang dibangun ulang dengan Rp 132 miliar dari APBN ini mangkrak. Citilink, maskapai anak perusahaan Garuda Indonesia sudah menghentikan operasi penerbangan dari Bandara Ngloram dengan tujuan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta sejak Maret 2023. Tak sampai 3 bulan, namun jauh lebih baik dari Maskapai Wings yang hanya sekali terbang pada 5 Agustus 2022.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Blora Siswanto mengatakan, pihaknya mendukung penuh langkah Bupati Blora, Arief Rohman dalam mengupayakan bandara yang terletak di Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini kembali aktif.

“Saya mendukung langkah Bupati Blora untuk mengaktivasikan penerbangan dari bandara Ngloram ke Halim Perdanakusuma Jakarta. Kemarin sempat penjajakan dengan Susi Air, semoga nanti bisa terwujud,” kata Siswanto saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Senin (19/5/2025).

Selain komunikasi dengan berbagai maskapai penerbangan, kata dia, pihaknya juga mendorong percepatan laju investasi untuk mendukung perputaran uang. “Selain aktif berkomunikasi dengan Susi Air tentunya investasi yang masuk ke Blora ini kita percepat. Supaya banyak sehingga perputaran perekonomian meningkat,” ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, kebutuhan transportasi ke luar daerah juga meningkat, salah satunya transportasi udara yang membutuhkan pesawat terbang. Hal itu juga berdampak secara ekonomi daerah, baik secara konvensional maupun m-banking.

Ia mengaku lebih memilih potensi sumberdaya energi atau minyak dan gas (Migas) dan agrobisnis terlebih dahulu untuk menunjang perekonomian di Blora ketimbang industri pariwisata. “Kalau saya lebih fokus pada energi dan agrobisnis. Jadi karena kita ada potensi migas dan juga potensi pertanian,” ucapnya.

Sebab, menurutnya, semakin banyak industri di Blora maka semakin banyak menyerap tenaga kerja. Dengan demikian perekonomian juga akan meningkat. “Otomatis pariwisata, sosial dan lain-lainnya juga akan terangkat, tetapi fokusnya menurut saya adalah kita ke industri berbasis energi dan juga industri agrobisnis,” jelasnya.

Terkait efisiensi anggaran, ia menyebut kebijakan itu tidak berdampak pada industri ekonomi kreatif yang berbasis bisnis murni, terkecuali permintaan mebeler dari pemerintah. “Pembelinya itu dari swasta atau perorangan, itu no problem. Problem itu ada kalau ada pembeli dari pemerintah,” tuturnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Exit mobile version