Site icon Lingkar.co

Banjir Rob di Desa Tunggulsari Pati Belum Terselesaikan, Penanganan Terhambat Normalisasi Sungai

Desa Tunggulsari, Tayu, Pati terendam banjir rob. Foto: Miftah/Lingkar.co

Lingkar.co – Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, dilanda banjir rob yang tak kunjung usai. Meskipun pemerintah daerah telah menyalurkan bantuan logistik seperti beras, minyak, mie instan, sarden, dan sandbag untuk meringankan beban warga, masalah banjir masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat setempat.

Kepala BPBD Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo, menjelaskan bahwa penanganan banjir rob terkendala oleh proses normalisasi sungai yang menjadi penyebab utama.

“Kami sudah menyuarakan kebutuhan normalisasi sungai yang mengarah ke laut agar aliran air lancar, tapi kewenangan ada di provinsi dan harus koordinasi dengan dinas lingkungan hidup dan kehutanan,” ujarnya, kemarin.

Martinus menyampaikan bahwa keberadaan mangrove di sekitar sungai membuat penggunaan alat berat untuk normalisasi menjadi sulit karena berisiko merusak ekosistem.

“Masalah normalisasi ini tidak mudah karena di sana ada populasi mangrove. Jika dilakukan normalisasi dengan alat berat, dipastikan populasi tanaman mangrove akan terdampak,” tambahnya.

Warga dan kepala desa setempat menginginkan adanya perahu pemecah lumpur sebagai solusi alternatif untuk mengurangi dampak banjir rob. Namun, hingga kini sarana tersebut belum tersedia karena keterbatasan alat dan dukungan dari instansi terkait.

“Permintaan seperti perahu pemecah lumpur belum bisa kami penuhi karena keterbatasan sarana yang ada di kami maupun OPD teknis seperti DPUTR Pengairan dan Balai Besar Wilayah Sungai,” jelas Martinus.

Sementara itu, warga Desa Tunggulsari masih harus menghadapi kesulitan akses dan risiko kerusakan rumah serta lahan tambak yang sering terendam air rob. Pemerintah Kabupaten Pati terus berupaya memberikan bantuan darurat, namun solusi permanen masih menunggu realisasi dari instansi provinsi dan dukungan anggaran yang memadai.

“Pemkab Pati terus berupaya memberikan bantuan darurat, namun solusi permanen untuk mengatasi rob di pesisir masih menunggu realisasi dari instansi provinsi dan dukungan anggaran yang memadai demi melindungi masyarakat dan lingkungan setempat,” pungkas Martinus. (*)

Exit mobile version