Site icon Lingkar.co

Banyak Petani Blora Alami Kerugian Akibat Banjir

Salah Satu Lahan Petani Blora Yang Terendam Banjir/KINGKAR.CO Lilik Yuliantoro

Salah Satu Lahan Petani Blora Yang Terendam Banjir/KINGKAR.CO Lilik Yuliantoro

BLORA, Lingkar.co – Sejumlah lahan pertanian milik warga di beberapa wilayah kecamatan Blora Kota, Jawa Tengah, terancam gagal panen. Hal ini disebabkan akibat curah hujan tinggi yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Salah satunya milik bapak karsito (53) warga kelurahan Beran, lahan miliknya di wilayah Jalan lingkar baru, atau tepatnya belakang Kantor kecamatan Blora kota.

Lahannya ditanami beberapa komoditas jenis jagung, labu, sayur- mayur terancam gagal panen akibat air merendam lahan pertanian miliknya.

“Ini memang sudah menjadi resiko ketika memasuki musim hujan seperti ini. Seluruh tanaman yang baru ditanam maupun udah lama ditanam bisa jadi gagal panen nantinya,”ucapnya pada lingkar.co, Minggu (16/10/2022) saat di temui di lahan pertaniannya.

Selain itu, penyebab terjadinya banjir yang menggenangi lahan pertanian miliknya yakni pembuatan talud dan saluran air yang tidak merata.

Salah Seorang Petani Blora

Sehingga ketika hujan terus menerus mengguyur air dari saluran tersebut meluap dan membanjiri lahan.

“Hampir seminggu hujan turun, dan dimana tanaman rentan tergenang air hujan, dan juga karena adanya talud atau pembuatan got pembuangan air yang tidak merata. Dan rendah dekat tanaman, akibatnya air luapan dari selokan, masuk ke dalam lahan yang menggenangi tanaman kami,” ungkapnya.

Dirinya juga menceritakan, bahwasanya hanya mengandalkan pertaniannya untuk memutar ekonomi.

“Iya cuma mengandalkan ini mas kerjanya, hanya seorang petani, jika hujan ini turun terus dan tak tau kapan redanya. Dipastikan tanaman yang saya tanam seperti jagung, labu, kacang panjang, kacang kedelai pasti gagal panen dan mengalami kerugian jutaan rupiah,” terangnya.

Hal sama juga disampaikan bapak Sutarji (58) warga Kelurahan Mlangsen. Akan tetapi ia kini memilih memanen sebagian tanaman jagungnya lebih awal karena tak mau mengambil resiko lebih besar dan akan mengganti ke padi.

Bahkan ia tak menampik masih membiarkan tanaman jagung mereka di ladang. Sebagian jagung masih berdiri dan mulai menguning, namun ada juga yang roboh dan terendam air.

“Ini kita panen yang masih umur sebulanan, sudah tidak bisa diselamatkan, karena jagung pasti akan membusuk, sebab jagung bukan tanaman yang membutuhkan banyak air.

Kalau yang punya sapi, bisa untuk makan sapi, tapi kalau yang tidak punya ya dibiarkan saja membusuk,” terangnya.

Dia menambahkan, usia jagung yang ada di jalan lingkar baru berkisar satu sampai tiga bulan, sebab curah hujan yang tidak menentu membuat petani tidak menanam dalam waktu yang bersamaan.

Sutarji pun meminta kepada pemerintah Blora memberikan solusi agar ladang mereka tidak terkena banjir, dan Dia juga berharap ada bantuan, sebab lahan tersebut merupakan sumber pendapatan mereka.

“Kita minta dari pemerintah bagaimana caranya tahun- tahun yang akan datang kita bisa menanam lagi, dan tak tergenang banjir lagi. Kalau rugi kita rugi modal jutaan ini,” ujarnya.

Penulis : Lilik Yuliantoro

Editor : Kharen Puja Risma

Exit mobile version