Lingkar.co – Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah Sarwa Pramana, SH, MSI menegaskan untuk mengutamakan respons cepat dalam memberikan bantuan kebencanaan dan meminta toleransi persoalan administrasi perkantoran.
“Untuk mengeluarkan uang mendirikan dapur umum malam ini atau besok pagi, tidak usah ditunda, wong ini emergency kok. Kalau masalah birokrasi kan masih bisa diurus besok pagi administrasinya, tapi malam ini dirikan dulu dong,” kata Sarwa kepada sejumlah awak media.
Ia menegaskan hal itu seusai menyampaikan materi sarasehan relawan PMI Korwil I Jawa Tengah di aula Politeknik Bina Transfusi Darah (Polbitrada) Jl. Sambiroto Raya No.64 blok D, Sambiroto, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jumat (27/12/2024) malam.
Sarasehan merupakan salah satu rangkaian kegiatan Latihan Gabungan (Latgab) relawan PMI koordinasi wilayah I Jawa Tengah yang meliputi; Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora dan Grobogan.
“Jangan biarkan masyarakat kelaparan, kedinginan, sudah tidak punya apa-apa, taruh di balai desa, tidak ada air hangat. Waduh kasihan, apalagi kalau anak-anak,” sambungnya.
Untuk itu, lanjutnya, dirinya menekankan untuk tidak menggunakan fasilitas tenda karena terasa dingin di musim hujan ini. “Gunakan fasilitas pemerintah,” ujarnya.
Kedua, dirinya juga menekankan untuk tidak menerima sumbangan pakaian layak pakai karena sering menjadi sampah di berbagai penanggulangan bencana, khususnya banjir.
“Karena begini, masyarakat kita ini kan lucu. Kadang-kadang pakaian yang sudah tidak layak pakai dikasihkan, bersih-bersih rumah, karena masyarakat kita ini kan sensitif, tidak semua (korban) orang tidak mampu,” terangnya.
“Ini yang sering terjadi dan setiap kali ada bencana di Jawa Tengah yang sering menjadi sampah itu salah satunya adalah pakaian bekas,” imbuhnya.
Terkait kompetensi, dirinya mengungkapkan bahwa relawan PMI dari tim Water and Sanitation (Wash) siap menyediakan tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) untuk mencukupi kebutuhan korban bencana.
“Kalau Wash kan temen-temen PMI ahlinya, dan saya punya pelatih bersertifikat nasional, Wash ini adalah salah satunya menyiapkan MCK, air bersih dan juga kebutuhan mereka selama di pengungsian,” urainya.
Terkait potensi bencana, dirinya tidak ada musibah tanggul jebol yang mengakibatkan banjir bandang. “Mudah-mudahan tidak ada tanggul jebol. Kalau sekedar banjir luapan, aman, masyarakat masih bisa bertahan. Tapi kalau sudah tanggul jebol atau banjir bandang, itu yang sudah harus diungsikan,” ucapnya.
Sementara, Ketua paguyuban Korwil I PMI Jawa Tengah, Dr. dr. Awal Prasetyo,. M.Kes,. Sp.THT-KL MM(ARS) mengingatkan agar para relawan disiplin menjaga kesehatan dan kebugaran. Menurut dia, relawan PMI tidak hanya berbekal niat saja, namun harus profesional.
“Kalau relawan PMI sudah punya niat suci tapi tidak profesional ya percuma,” ujarnya.
Ketua PMI Kota Semarang ini lanjut menjelaskan, relawan profesional harus memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam penugasan. Selain itu, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Sumber daya relawan itu harus dicukupi, kata dia, mulai dari nutrisi, istirahat yang cukup dan olahraga serta memiliki koneksi yang baik dengan sesama relawan maupun dengan korban yang ditolong.
“Masyarakat yang ditolong itu akan kelihatan percaya kepada relawan yang nampak sehat, juga tidak boleh relawan itu pendiam, harus ramah dan murah senyum kepada korban,” pesannya.
Menurutnya, ada dua hal yang menjadi pembeda antara relawan PMI dengan relawan lain. Yakni menyadari tentang proteksi hidup, baik dari aspek psikologis maupun sosial. Kedua, menyelamatkan kehidupan manusia.
Awal bilang, relawan PMI harus terampil memberikan pertolongan pertama dengan peluang hidup yang tinggi. “Itu yang membedakan relawan PMI dengan lainnya,” tutupnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari relawan nasional 26 Desember. Ratusan relawan yang hadir akan mengikuti latihan gabungan di area Waduk Jati Barang, Gunungpati Semarang. (arh)