SEMARANG, Lingkar.co – Pemuda adalah agen perubahan. Jargon tersebut agaknya menjiwai Choirul Awaludin yang saat ini duduk sebagai Direktur Semarang Zoo. Semangat kepemudaan mengubah Semarang Zoo.
“Generasi muda memang harus inovatif dan kreatif agar bisa membantu pemerintah menggapai target pembangunan,” kata Awaludin kepada Lingkar.co, Minggu (12/2/2023).
Ia mengawali karier dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Dakwah, Komisariat Walisongo Semarang, Jawa Tengah.
Ketertarikannya dalam budaya dan pariwisata diawali dari mendirikan sebuah grup teater semasa menjabat sebahai Ketua PMII Rayon Dakwah. Ide kritik yang membangun masyarakat tercurah dalam dunia kesenian tersebut.
“Dulu pernah bikin teater Soko Bumi waktu di (PMII) Dakwah, sering mentas bebas di tempat terbuka,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, semasa menahkodai Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) Kota Semarang, ia juga membantu kepemimpinan Hendi-Ita dalam promosi pembangunan.
Ada beberapa program kegiatan yang menyasar pariwisata, salah satunya promosi Omah Alas yang ada di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati.
“Kota Semarang ini ada banyak sekali potensi yang bagus untuk pariwisata, dan saat ini memang terus berkembang,” ujarnya.
Menurutnya, pemuda harus bisa membaca peluang yang diberikan pemerintah dalam program pembangunan, baik infrastruktur maupun sumber daya manusia.
Terkait pembangunan Semarang Zoo, ia mengatakan, ada beberapa kajian strategis dalam meningkatkan kunjungan di Semarang Zoo. Salah satunya menjadikan kebun binatang bukan hanya sebatas rujukan wisata bagi anak-anak.
“Nah, ini yang masih kita garap saat ini. Agar Semarang Zoo ini bisa menjadi tempat wisata dan rekreasi generasi milenial,” bebernya.
Untuk itu, lanjutnya, Semarang Zoo tengah menegebut beberapa perbaikan infrastruktur, membuat kreasi event, adan sebagainya, termasuk Dino Park di Semarang Zoo. Hal itu, menurutnya, menyesuaikan dengan perkembangan budaya urban di kota Semarang.
“Kita proyeksikan nantinya Semarang Zoo juga bisa menjadi tongkrongan yang asik, juga bisa membuat event khusus pada malam hari,” urainya.
“Tentunya ada banyak hal yang mesti dikaji lebih dalam untuk mendapatkan praktik event-event tersebut. Tentunya tetap mengedepankan unsur edukasi,” paparnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat