Depresi Dominasi Kasus Kesehatan Mental di Kota Semarang

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam. Foto: Rifqi/Lingkar.co

Lingkar.co – Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, kasus depresi mendominasi kasus gangguan kesehatan mental di kota lumpia. mencapai 445 kasus.

Tercatat hingga 10 Oktober 2023, dari 935 kasus, penderita gangguan depresi sebanyak 445 kasus. Kemudian, kasus gangguan campuran axietas dan depresi sebanyak 276 kasus.

Selanjutnya gangguan neurotik 31 kasus, gangguan somatoform 65 kasus, dan gangguan insomnia ada 116 kasus. Sedangkan, kasus percobaan bunuh diri sebanyak 2 kasus.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, Puskesmas Mijen menyumbang angka kasus depresi tertinggi.

Angka itu diperoleh dari hasil skrining kesehatan mental pada anak usia 4 – 18 tahun dan dewasa di atas 18 tahun dengan menggunakan SDQ. Dinas Kesehatan membagikan kuisioner melalui puskesmas setempat.

“Peta sebaran kasus gangguan depresi paling banyak ada di Puskesmas Mijen,” papar Hakam, Rabu (25/10/2023).

Png-20230831-120408-0000

Data Dinkes Kota Semarang, wilayah di bawah naungan Puskesmas Mijen menyumbang 61 kasus. Disusul, wilayah Puskesmas Rowosari dan Puskesmas Srondol masing-masing 36 kasus.

Sedangkan, Puskesmas Padangsari 30 kasus. Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Tlogosari masing-masing 24 kasus.

Selanjutnya, di Puskesmas Ngesrep menyumbang 22 kasus, dan Puskesmas lainnya masing-masing menyumbang kurang dari 20 kasus.

Hakam lantas menjelaskan, ada beberapa upaya penanganan dan penanggulangan kesehatan jiwa yang dilakukan oleh Dinkes.

Pihaknya menjadwalkan Posbindu rutin ditiap kelurahan dengan pemeriksaan antropometri, tekanan darah, gula darah, kesehatan jiwa, dan indera penglihatan/pendengaran.

Selain itu, Dinkes mengajak dan mengedukasi kader untuk aktif memantau warga yang membutuhkan perawatan jiwa.

“Kami juga meningkatkan awareness masyarakat dengan edukasi dan perluasan informasi tentang kesehatan jiwa,” katanya.

Pihaknya juga melakukan pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Kota Semarang, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader kesehatan melalui pelatihan ataupun workshop dengan menghadirkan praktisi psikolog dan psikiater.

Tak hanya itu, pihaknya juga memilah hasil skrining, baik yang normal dan abnormal serta memberikan rujukan untuk melakukan wawancara psikiatrik lanjutan pada hasil abnormal.

Dinkes juga memiliki layanan SULTAN (Konsultasi Kesehatan Mental) di puskesmas.

“Bahkan kami sedang menyiapkan layanan SULTAN Online yang terintegrasi,” tuturnya.

Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku prihatin adanya kasus dugaan bunuh diri di ibu kota Jawa Tengah.

Menurutnya, peran orangtua harus memperhatikan anaknya meski sudah beranjak dewasa. Orang tua dituntut harus peka terhadap perkembangan putra-putri masing-masinh

Dia menyebut, Kota Semarang sebenarnya ada layanan konseling dalam Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM). Namun, RDRM selama ini memang fokus pada penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan persoalan kasus bullying di sekolah.

Pasalnya, domain Pemkot Semarang saat ini hanya menangani tingkatan sekolah TK, SD, hingga SMP saja.

Menurutnya, perlu ada kolaborasi dalam mencari solusi masalah ini. Persoalan pada para pelajar khususnya mahasiswa, pihak kampus, orang tua kos, dan rekan-rekan harus bisa memahami.

“Sehingga, kasus seperti bunuh diri bisa dihindari. Karena mahasiswa ini tidak mesti warga Semarang, dan kebanyakan anak kos yang merantau dari daerah lain,” ungkapnya. (*)

Penulis : Alan Henry
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *