DPRD Pati Prediksi Harga Kedelai Naik Sejak Tahun Lalu

harga kedelai
Sebaskom kedelai sebelum diolah menjadi tahu dan tempe. (Falaasifah/Lingkar.co)

PATI, Lingkar.co – Meningkatnya harga kedelai impor saat ini menurut Anggota Komisi B Narso sudah diprediksi sejak bulan November tahun 2021 yang lalu. Ia merujuk pada pemberitaan bisnis, yang menyatakan bahwa harga Crude Palm Oil (CPO) dunia yang tinggi sejak tahun lalu, akan mengerek harga komoditas kedelai Indonesia pada tahun 2022.

“Jadi sebetulnya terkait dengan kenaikan harga kedelai ini kan sudah ada peringatan jauh-jauh hari sebetulnya. Karena CPO atau bahan minyak goreng yang dari sawit itu dan minyak kedelai itu bahan substitusi, jadi bisa saling menggantikan,” ungkapnya Narso, baru-baru ini.

Ia mengatakan, kenaikan harga kedelai sudah ada peringatan sejak tahun lalu. Jadi, seharusnya bisa melakukan antisipasi dengan baik oleh pemerintah Indonesia, sehingga komoditas yang membutuhkan bahan baku kedelai seperti pengrajin tempe dan tahu tidak mengalami kesulitan seperti saat ini.

Pengrajin Tempe Keluhkan Harga Kedelai, Sentuh Rp 11 Ribu Perkilogram

“Cuma mungkin salah antisipasi atau apa, hingga akhirnya seperti ini jadinya. (Melonjaknya harga kedelai, tanpa adanya antisipasi dari Pemerintah),” terangnya.

Harga kedelai impor saat ini mencapai angka Rp12.000 per kilonya. Padahal harga kedelai impor sebelumnya berada di kisaran Rp9.500 sampai dengan Rp10.000 per kilogramnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga berharap, jika ke depannya Indonesia harus bisa jadi pemasok utama komoditi kedelai dalam negeri. Menurutnya ini merupakan solusi agar masyarakat Indonesia tidak terlalu bergantung pada kedelai impor.

“Secara jangka panjang, memang kita harapkan untuk budidaya kedelai, yang secara ekonomis bisa masuk. Artinya kalau orang Jawa bilang ‘sumbut’ begitu ya. Untuk budidaya kedelai di Indonesia, ya jadi supaya kita bisa mandiri. Tidak begitu tergantung dengan bahan impor,” harapnya. (Lingkar Network l Falaasifah – Lingkar.co)