PATI, Lingkar.co – Anggota DPRD Pati Wardjono ingin pemerintah mengendalikan harga minyak goreng di pasaran. Sebab apabila harga minyak goreng kemasan kembali ke mekanisme pasar akan terjadi fluktuasi harga yang signifikan dan berimbas memberatkan pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Seharusnya ada regulasi dari pemerintah akan ketersediaan kebutuhan pokok, termasuk minyak goreng bagi rakyat kecil, karena minyak adalah kebutuhan vital yang harus terpenuhi. Kebijakan pemerintah untuk sungguh-sungguh memastikan harga minyak goreng terjangkau adalah suatu keniscayaan,” saran politisi dari Partai PKS ini.
Naiknya harga minyak goreng berpengaruh besar terhadap sektor perekonomian masyarakat. Terutama, pelaku usaha. Pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah salah satu yang terdampak dari naiknya harga minyak goreng ini.
Kondisi ini juga memancing keprihatinan Wardjono. Menurutnya, pelaku UMKM akan sulit bertahan akibat kenaikan harga minyak goreng yang drastis.
“UMKM yang jumlahnya jutaan ada ketergantungan terhadap minyak goreng. Mereka adalah yang memiliki usaha gorengan, baik pedagang kaki lima maupun usaha skala rumahan. Dan mereka ini yang bakal paling terdampak, karena naiknya drastis,” ungkapnya.
DPRD Pati Wardjono Sesalkan Kenaikan Harga Minyak Goreng
Dirinya pun menambahkan bahwa pemerintah harus memastikan ketersediaan minyak goreng di pasaran. Karena minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting dalam bisnis kuliner, maupun untuk kebutuhan rumah tangga biasa.
Mahalnya harga minyak goreng ini pun dikeluhkan oleh Hardi, salah seorang pelaku UMKM pedagang kaki lima di Pasar Rogowangsan, Pati. Naiknya harga minyak ini sangat memberatkannya sebagai pelaku usaha gorengan.
“Kemarin baru beli minyak goreng kemasan tapi kualitas biasa, harga Rp17.000. Kalau yang mereknya lebih bagus, kualitas minyaknya jernih, harganya lebih mahal. Kalau minyak goreng curah saya tidak pakai Mas, karena kualitasnya jelek,” ujarnya saat ditemu pada Sabtu (19/3).
Meski begitu, Hardi tidak menaikkan harga dagangannya maupun mengurangi porsi, karena khawatir pelanggan pergi. “Harga tetap, takutnya kalau saya naikkan, malah pelanggan pada kapok,” akunya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkar.co)