Site icon Lingkar.co

Gus Yasin Ajak Santri Miliki Pengetahuan Kenegaraan, Peluang Kalangan Pesantren Mengisi Indonesia Emas 2045

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen Yasin dalam seleksi Duta Santri Nasional 2025, di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jumat (24/10/2025).

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen Yasin dalam seleksi Duta Santri Nasional 2025, di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jumat (24/10/2025). Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) mengajak kalangan pondok pesantren dan santri khususnya untuk memiliki pengetahuan kenegaraan atau pemerintahan. Sebab, menurut Gus Yasin, pesantren harus menyiapkan santri yang nantinya akan menjadi bagian kepemimpinan di masa mendatang.

“Menuju Indonesia Emas 2045, tidak menutup kemungkinan yang mengisi nanti mayoritas dari kalangan pesantren,” kata Yasin dalam seleksi Duta Santri Nasional 2025, di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jumat (24/10/2025).

Kiai muda asal Sarang ini menyontohkan, saat ini terus muncul kepala daerah, lembaga, dan lainnya yang berasal dari almamater pendidikan religi di pondok pesantren. Untuk itu, ia meminta pengetahuan santri tentang kepemimpinan dan kepemerintahan harus betul-betul disiapkan.

“Pengetahuan santri tentang kenegaraan, aturan-aturan yang diundang-undangkan harus ada, agar benar-benar siap untuk memimpin bangsa ini,” ucap sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu.

Santri yang belajar dari lingkungan pendidikan pondok pesantren, kata dia, berpeluang mengisi banyak profesi kedepannya. Pun untuk menjadi pemimpin.

Sehubungan dengan itu, Yasin meminta kepada santri agar akhlak yang sudah diajarkan oleh guru di pondok pesantren harus menjadi pondasi dalam menjalankan profesi kelak. Pun dengan kehidupan bermasyarakat.

“Agar dipraktikkan betul. Cara bagaimana menghormati orang tua. Cara bagaimana menempatkan diri ketika ada orang-orang yang perlu dihormati dan seterusnya. Termasuk instansi-instansi yang dari luar kalangan pondok pesantren,” katanya.

Wakil Gubernur Jateng yang mendampingi Gubernur Jateng Ahmad Luthfi itu menambahkan, prinsip ilmu yang harus dimiliki santri selain syariat keagaman, juga menjadi pemimpin atau khalifah. Keilmuan pada bidang-bidang itulah yang harus dimiliki santri dan diajarkan di lingkungan pondok pesantren. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Exit mobile version