Site icon Lingkar.co

Haul Mbah Thohir Penggaron, Kenang Perjuangan Ulama Tarekat Melawan Belanda

Haul Mbah Thohir Penggaron, Kenang Perjuangan Ulama Tarekat Melawan Belanda

Haul Mbah Thohir Penggaron, Kenang Perjuangan Ulama Tarekat Melawan Belanda. Foto: dokumentasi/istimewa

Lingkar.co – Keluarga besar keturunan KH Thohir menggelar haul KH Thohir ke-57 sesuai kalender Masehi atau 59 dalam kalender Hijriyah di Ponpes At-Thohiriyah, Penggaron, Pedurungan Kota Semarang, Jumat (18/4/2025).

Pengasuh PP At-Thohiriyah, KH Yusuf Masykuri mengatakan, KH Thohir adalah seorang ulama penganut tarekat Naqsabandiyah yang gigih berjuang melawan penjajah.

“Beliau (KH Thohir) mursyid thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah yang ikut mempelopori pergerakan masyarakat di wilayah Penggaron Pedurungan untuk melawan penjajah,” katanya.

“Sejarah perjuangan KH Thohir dalam melawan penjajah penting diungkap sebagai pelajaran generasi muda agar mengenal perjuangan para ulama di masa lalu agar dapat meneladani dan melanjutkan perjuangannya untuk kemajuan bangsa di masa mendatang,” lanjutnya.

Ia mengungkapkan, banyak penuturan dari sesepuh yang mengisahkan paska proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda kembali berupaya menjajah Indonesia. Saat itu, kata dia, masyarakat Kota Semarang juga ikut waspada dan menyusun kekuatan jika harus berjuang melawan Belanda.

“Masyarakat Penggaron, Bugen, Bangetayu dan Kudu pada tahun 1946 masih bagian dari wilayah Kecamatan Genuk Kabupaten Demak pun ikut mempersiapkan diri. Wilayah perbatasan Semarang dan Demak ini menjadi salah satu basis laskar Hizbullah dan Sabilillah yang mayoritas dari kalangan santri yang disiapkan untuk melawan Belanda,” ungkapnya.

KH Yusuf Masykuri menambahkan, KH Thohir kala itu juga aktif menggalang kekuatan para pejuang. Ia bahkan menjadikan rumahnya menjadi markas para pejuang. “Belanda pun mentarget markas-markas laskar tersebut untuk dihancurkan,” ucapnya.

Untuk mengabadikan perjuangannya, pemerintah dan masyarakat sepakat menyematkan nama KH Thohir menjadi nama jalan di Pedurungan. Jalan KH Thohir yaitu jalan yang menghubungkan Penggaron Kidul dan Penggaron Lor menuju Tlogomulyo dan Jalan Woltermonginsidi Semarang.

Sementara, Sekretaris Yayasan Az-Zahro Arina Rohmah yang juga cicit KH Thohir sedang meneliti biografi KH. Thohir. Menurut data yang ia dapat, KH Thohir merupakan putera Mbah Mertojoyo yang berasal dari Dukuh Teguhan Desa Wringinjajar Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

“Beliau tumbuh besar di Wringinjajar dan belajar ilmu agama Islam dari satu kiai ke kiai lainnya, dan dari satu pondok ke pondok lainnya bahkan sempat belajar ke Makkah,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, KH Thohir menikah dengan Hj. Aminah puteri KH Abu Naim Penggaron Pedurungan dan kemudian berdomisili di Penggaron Pedurungan. KH Abu Naim merupakan ulama yang masih keturunan Sunan Pandanaran (Sunan Tembayat) melalui jalur KH Shodiq Jago Wringinjajar Mranggen.

“Setelah Hj. Aminah binti KH Abu Naim wafat, beliau menikah dengan Umi Kulsum binti KH Abu Naim tapi sebentar. Kemudian KH Thohir menikah dengan Qomariyah binti KH Abdullah Sajad, Sendangguwo,” urainya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Exit mobile version