Lingkar.co – Beredar flyer (media promosi berbentuk desain digital) bergambar mantan Ketum PBNU, Prof KH Sa’id Aqil Siradj akan berkampanye untuk Agustina-Iswar. Flyer tersebut menjadi pro-kontra di berbagai grup umat Islam di Semarang seperti grup WhatsApp warga NU, Muhammadiyah, Jam’iyyatul Muballighin, Ittihadul Muballighin, Dewan Masjid Indonesia dan sejenisnya
Dalam sehari, flyer itu menjadi perbincangan hangat lantaran para kiai Semarang teguh pendirian untuk memenangkan pasangan calon yang seakidah atau beragama Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, Yakni Yoyok Sukawi dan Joko Santoso di Pilwalkot Semarang.
Namun semalam (19/11/2024) beredar foto Prof. Dr. KH. Sa’id Aqil Siradj bersama Yoyok Sukawi dan ketua DPC PKB Kota Semarang, H. Muhammad Mahsun di bandara Semarang. Narasi yang tersebar menyatakan bahwa kegiatan kampanye tersebut tidak sampai pada Kiai Sa’id Aqil Siradj. Beliau dikasih tahu hanya untuk pengajian orang NU dan sholawatan.
Kejadian serupa juga terjadi pada ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Ust. Choirul Amin Alhafizh yang diminta untuk menyampaikan mauidzah hasanah (pesan kebaikan Agama) pengajian.
“Kiai Said (Prof. Dr. KH Sa’id Aqil Siradj) tidak tahu kalo itu acara kampanye dan tidak diberitahu, seperti saya kemarin saat beredar flyer di pedurungan,” kata Ustadz Choirul saat dikonfirmasi, Rabu (20/11/20204).
Dai kondang yang juga Sekretaris Jam’iyyatul Muballighin (Jammu) Kota Semarang ini awalnya dijadwalkan untuk acara sholawat dengan iringan musik religi (rebana) Audul Marom dari Sayung cukup masih punya nama di kalangan kiai dan santri Semarang.
“Pengisi sholawat sebagai bintang tamu Gus Hakim Audul Marom juga baru tahu kemarin setelah japri ke saya. Walaupun beliau sayung ikutnya pilkada demak,” ungkapnya.
“Awalnya minta pengajian, tapi ndak nyebut pengajian apa, wong yang minta ketua Tanfidziyyah MWCNU Pedurungan, lha kok tiba-tiba H-2 beredar flyer itu,” paparnya.
Setelah melihat desain gambar pengumuman pengajian kampanye (Flyer) yang tersebar di media sosial, santri jebolan Ponpes Futuhiyyah Mranggen ini segera membatalkan agenda dirinya mengisi mauidzah hasanah.
“Akhirnya aku bilang ke panitia kalau ndak bisa hadir, alasan saya risih,” jelasnya.
Heboh mantan Ketum PBNU “dianggap” dukung Agustina yang non muslim karena terdapat kontraproduktif dengan para kiai Semarang yang telah sepakat menyatakan bahwa toleransi itu sebatas membolehkan non muslim menjadi pemimpin di muslim minoritas dan boleh jadi calon di wilayah yang mayoritas umat Islam. Adapun umat Islam mengamalkan syariat agamanya yang tidak boleh memilih calon pemimpin perempuan apalagi non muslim, maka haram. Calon non muslim hukumnya haram untuk dipilih.
Sebagai bentuk toleransi antarumat beragama di negara Pancasila yang bhinneka tunggal ika juga tidak boleh menolak calon pemimpin perempuan maupun non muslim, terutama di daerah minoritas muslim.
“Toleransi itu sebatas membolehkan non muslim menjadi calon, tapi umat Islam tidak boleh memilih sebagaimana tafsir Alquran yang dijelaskan para ulama, megutip cuplikan Penjelasan Pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan, Dr. KH. Fadholan Musyaffa’, Lc., MA saat menjawab pertanyaan dari jamaah pengajian rutin Ahad Pagi di Pesantren Fadhlul Fadhlan, Semarang: “Kalau ada pilihan pemimpin (laki-laki dan perempuan), maka harus memilih calon pemimpin yang laki-laki (selagi tdk darurat). Sama juga, kalau ada calon yang muslim, juga harus memilih calon yang muslim,” jelasnya.
Umat Islam, kata kiai yang 17 tahun tinggal di Mesir ini juga harus toleran terhadap pemimpin non muslim di daerah yang mayoritas penduduknya non muslim. “Contohnya di Papua, Ambon, Maluku, atau Bali ini kita harus toleran, tidak boleh menolak karena dalam bernegara kita bukan negara Islam, akan tetapi urusan pilihan kita wajib mengikuti aturan agama, yaitu memilih pemimpin muslim,” jelasnya.
Sebagai informasi, ketua DPC PKB Kota Semarang, H Muhammad Mahsun belum bisa dikonfirmasi terkait foto tersebut. Namun narasi yang beredar menyatakan bahwa Prof Dr KH Sa’id Aqil Siradj tidak tahu detail acara tersebut untuk kampanye. Setelah mengetahui hal itu, Prof Sa’id memilih kembali ke Jakarta.
Dalam narasi tersebut juga dinyatakan bahwa Yoyok Sukawi sudah menyampaikan ingin mengundang kiai kondang tersebut untuk tasyakuran jika dirinya memang dalam Pilwalkot Semarang. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat