Lingkar.co – Jelang bulan Ramadan, warga Kaliwungu, Kabupaten Kendal mengadakan acara Grebeg Sumpil yang merupakan tradisi turun-menurun warga setempat, Minggu (5/3/2023).
Gunungan yang berisikan makanan hasil bumi tersebut diarak dan diiringi dengan tabuhan drum blek dari Makam Wali Hasan Abdullah menuju Bukit Jabal di Kaliwungu.
Sebelum diarak, gunungan sumpil tersebut dibacakan doa bersama-sama di makam Wali Hasan Abdullah atau Pakuwaja pada Minggu (5/3/2023) sore.
Sesampainya di Bukit Jabal, kemudian warga berebut untuk mengambil makanan yang ada di gunungan tersebut agar mendapat berkah dan keselamatan saat memasuki bulan Ramadan.
Sumpil, merupakan makanan khas Kaliwungu yang terbuat dri beras yang dibungkus dengan daun bambu.
Heru, seorang warga Kaliwungu yang ikut berebut gunungan sumpil tersebut berharap mendapat keberkahan sesuai dengan simbol dan makna yang terkandung dalam makanan khas Kaliwungu tersebut.
Menurutnya, hal tersebut merupakan tradisi warisan leluhur sehingga tiap jelang Ramadan pasti akan diadakan ngarak gunungan.
“Ikut berebut dapat 4 bungkus sumpil. Nantinya akan di makan bersama keluarga agar mendapat berkah. Ini dilakukan setiap jelang Ramadan sebelum diarak dan diperebutkan, gunungan di doakan terlebih dahulu di Makam Eyang Pakuwojo,” katanya.
Pengurus Makam Eyang Pakuwojo, Mustofa, mengatakan, tradisi Grebeg Sumpil dengan mengirab berisi makanan khas Kaliwungu mengandung filosofi keberkahan manusia dalam menjalani hidup harus seimbang.
“Tradisi ini sebagai bentuk syukur warga Kaliwungu untuk sumpil yang merupakan makanan khas Kaliwungu yang berbentuk segitiga, menggambarkan hubungan kita antara Hablum Minallah, hubungan dengan Allah dan Hablum Minannas, hubungan dengan manusia,” katanya.
Sementara Kepala Desa Kutoharjo , Ivan Setiawan, mengatakan, sumpil yang dibungkus dari daun bambu mempunyai makna agar manusia bisa berguna seperti bambu yang setiap bagiannya bermanfaat.
Selain itu, sumpil yang berbentuk segitiga mengandung makna, manusia harus menjalin hubungan dengan sang pencipta, dengan sesama manusia dan benda lain ciptaan Tuhan.
“Tradisi ini merupakan tadisi yang baik sehingga perlu di kembangkan sehingga tiap jelang Ramadhan ada grebeg sumpil. Selain merupakan tradisi religius juga bisa mengangkat perekonomian masyarakat sekitar dengan adanya keramaian warga bisa berjualan dan lain sebagainya sehingga bisa menambah pendapatan” jelas Ivan.
Selain menggelar kirab gunungan sumpil, juga digelar kesenian tradisional, bazar makanan dan pengajian dalam rangka haul dan ruwahan massal, di Makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwojo.
Penulis : Wahyudi