Lingkar.co – Tiga bocah berusia 7, 5, dan 2 tahun hidup telantar di kota Semarang. Ia bisa bertahan hidup lantaran kebaikan hati seorang warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Genuk Kota Semarang bernama Heni.
Heni merasa iba dengan keberadaan tiga bocah telantar yang selama ini berada tidak jauh dari sekitar rusunawa tempat tinggalnya.
Heni adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja di sebuah pabrik. Ia setiap hari berusaha memberi makan kepada 2 bocah perempuan dan 1 laki-laki itu.
Kisah tersebut dituturkan oleh Muhammad Ikhwan yang kebetulan juga seorang bakal calon legislatif Kota Semarang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Ikhwan menceritakan, mulanya Heni menghubungi dirinya beberapa pekan lalu untuk meminta bantuan air bersih. Namun bersaman dengan itu, Heni langsung meminta tolong pada Ikhwan agar menolong ketiga anak telantar itu.
“Bu Heni, warga Rusunawa menghubungi saya. ‘Pak Ichwan. Bapak bisa menyalurkan bantuan air kepada warga yang kekeringan. Bisakah menolong anak terlantar?” ujar Ikhwan menirukan perkataan Heni yang awalnya meminta bantuan air bersih namun sekaligus memberi tahu ada anak telantar, Kamis (26/10/2023).
Usai menyampaikan hal itu, redaksi Lingkar.co pun bersama Ikhwan bertemu dengan Heni di Rusunawa Genuk.
Heni lantas i mengisahkan, suatu sore saat pulang kerja, dia melihat tiga bocah telantar di sebuah jalan kampung di Genuk, tak jauh dari tempat tinggalnya.
Sejak saat itu, Heni berusaha memberi mereka makan ketiga anak malang itu dan berusaha mencari tahu siapa bapak dan ibunya.
“Kabarnya, bapak mereka pergi melaut tanpa kabar. Tak memberi nafkah sudah setahun. Emaknya pontang panting bekerja, jadi buruh harian dengan upah Rp 35 ribu per hari. Ini di tahun 2023,” ujar Heni menjelaskan.
Heni menjelaskan bahwa ibu dari ketiga anak itu adalah perempuan muda usia 26 tahun yang tinggal di sebuah kamar kos kumuh. Ibu dari ketiga anak tersebut mengalami stress karena beban yang berat serta kondisi lingkungan yang buruk.
“Si emak anak-anak itu, perempuan muda. Usia 26 tahun. Tinggal di sebuah kamar kos yang kumuh sekali. Berbau tidak sedap, pengap, dan penuh sampah. Kondisi stres ditambah lingkungan yang buruk, membuat si emak sering emosional,” terang Heni.
Heni menceritakan, jika si emak pergi bekerja jam 14.00 – 22.00 WIB, anak-anak itu sering berkeliaran. Bahkan menurut Heni, anak-anak itu tidak pakai celana dalam, dan tampak jarang mandi.
Tuai Empati
Selain Heni, ternyata banyak warga sekitar yang menaruh perhatian kepada tiga anak telantar tersebut. Salah satunya adalah Nur Slamet.
Dia juga rutin memberi makan anak-anak itu dan menasehati ibunya agar tetap teguh menjalani kehidupan yang sulit.
Bahkan sejak penemuan tiga bocah telantar tersebut, tokoh-tokoh Rusunawa Genuk seperti Tri Joko dan Sulistiyono ikut menyantuni anak-anak itu dengan iuran semampu mereka. Bahkan ada orang-orang yang secara sukarela memandikan, memberi makanan dan pakaian pantas pakai.
“Pak Ikhwan, anak-anak ini harus diselamatkan. Secepatnya,” ucap Nur Slamet mengulangi permintaanya kepada Ikhwan beberapa waktu lalu.
Ikhwan menceritakan, pekan lalu dirinya bergerak dengan menemui ibu ketiga anak itu terlebih dahulu untuk meminta persetujuan untuk diasuh di panti asuhan.
“Atas persetujuan emaknya, kami sepakat membawa anak-anak itu ke panti asuhan yang sekaligus pondok pesantren. Bu Heni bersama saya ke Panti Asuhan yang dekat,” ujar Ikhwan.
Namun untuk menemukan panti asuhan yang sanggup mengasuh ketiga anak telantar itu sekaligus tidak gampang. Pasalnya ada anak yang usianya masih 2 tahun dan itu sangat sulit.
“Namun pihak panti yang kami kunjungi tak sanggup mengasuh bocah yang usia 2 tahun,” tutur Ikhwan.
Namun Ikhwan tak patah arang, dia menghubungi koleganya yang merupakan pendiri Panti Asuhan Nurul Qu’an Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Dia bernama Kiai Masduki Amin yang juga seorang anggota Banser NU.
“Saya lantas menghubungi sahabat saya itu yang juga anggota Banser, bernama Masduki Amin. Alhamdulilah, beliau dan istrinya, Umi Kulsum, sanggup mengasuh tiga bocah itu semuanya,” terang Ikhwan berlinang air mata.
Akhirnya kemarin pada hari Selasa (24/10/2023) Ikhwan dan Heni berhasil membawa ketiga anak terlantar itu kepada Kiai Masduki Amin. Ikhwan dan Heni juga ditemani oleh tokoh Rusunawa seperti Nur Slamet, serta teman kos ibu ketiga anak tersebut bernama Anisa.
Sosok Kiai Masduki
Suasana haru penuh tangis kala perpisahan mereka dengan anak-anak itu menyeruak. Bu Heni menggendong si bocah paling kecil sampai benar-benar tidur siang, barulah pamitan dengan pengasuh.
Kiai Masduki adalah sosok kiai muda yang memiliki rasa peri kemanusiaan yang tinggi. Meski waktunya tersita untuk mengasuh anak-anak panti, dia masih siaga dikomando sebagai anggota Banser di acara terkait NU.
Penghasilan Kiai Masuduki tidak banyak. Dia berjualan air minum kemasan dan bensin eceran. Bensin eceran pun kosong ketika redaksi Lingkar.co datang. Hal itu karena Kiai masduki tidak punya waktu untuk belanja.
Istrinya, Umi Kulsum, mengabdikan diri pada anak usia dini, menjadi guru TK di yayasan milik kakaknya. Yang ada di samping rumahnya.
Pasangan suami istri ini merasa ditakdirkan untuk menjumput anak-anak yang terbuang. Mayoritas yang dititipkan di panti asuhannya justru bukan anak yatim atau piatu. Melainkan anak-anak yang hancur karena bapak dan ibunya bercerai. Anak-anak itu, potensial minggat dari rumah tangga yang berantakan.
“Kalo anak ditinggal mati bapak atau ibunya, atau kedua bapak dan ibunya, itu mengalami kesedihan saja. Sebatas terhenti memperoleh kasih sayang. Sedangkan anak-anak yang ditinggal cerai, kebanyakan rusak lahir dan batin. Dan banyak yang menjadi berandalan di jalanan,” ujar Kiai Masduki saat diwawancara. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps