Lingkar.co – Memasuki musim panen tembakau tahun ini, para petani di Kabupaten Kendal mengeluhkan anjloknya harga jual tembakau. Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat kualitas tembakau menurun drastis. Banyak tembakau yang sudah dijemur justru terkena air hujan sehingga berubah warna menjadi hitam dan tidak laku di pasaran.
Kasani, petani asal Desa Ngampel, Kendal, mengungkapkan bahwa akibat cuaca buruk, tembakau yang rusak hanya dihargai sekitar Rp10 ribu per kilogram. Sementara itu, tembakau kering yang masih dianggap bagus dihargai Rp42 ribu hingga Rp43 ribu per kilogram, jauh lebih rendah dibanding tahun lalu yang bisa mencapai Rp75 ribu per kilogram.
“Tembakau kalau terkena hujan kualitasnya menurun. Daunnya kalau dipegang tidak begitu lengket, artinya kadar nikotinnya berkurang. Kalau kadar nikotinnya tinggi, daun tembakau dipegang terasa lengket,” jelas Kasani.
Ia menunjukkan perbedaan tembakau yang dijemur. Tembakau yang berwarna hitam dianggap rusak dan hanya laku Rp10 ribu per kilogram, sementara yang agak kekuningan masih tergolong bagus dan dihargai lebih tinggi.
Hal senada juga disampaikan Kasidi, petani asal Desa Kebonagung, Kecamatan Ngampel, Kendal. Ia menyebut harga tembakau tahun ini turun sekitar 40 persen dibanding tahun lalu. Menurutnya, selain dipengaruhi faktor cuaca, anjloknya harga juga karena beberapa perusahaan rokok hingga kini belum menerima pasokan tembakau dari Kendal.
“Kalau tahun lalu harga bisa sampai Rp75 ribu per kilogram, sekarang maksimal Rp43 ribu per kilogram. Jauh sekali turunnya,” ungkap Kasidi.
Dengan kondisi ini, para petani di Kendal berharap harga tembakau bisa kembali stabil seperti tahun sebelumnya. Namun, mereka pesimis karena kualitas tembakau sudah menurun akibat cuaca yang tidak menentu.
Petani pun berharap ada perhatian dan solusi dari pihak terkait agar jerih payah mereka tidak terus merugi. (*)
Penulis: Yoedhi W