SEMARANG, Lingkar.co – Menyambut bulan suci Ramadan ada satu tradisi rutin masyarakat Kota Semarang yakni Dugderan. Berbeda dari tahun lalu, penyelenggaraan tradisi Dugderan tahun ini tidak ada pawai arak-arakan Warak Ngendhog.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Indriyasari atau yang akrab disapa Iin mengatakan, jumlah yang terlibat di tahun ini lebih banyak dari tahun lalu.
“Kalau tahun kemarin memang sangat sedikit. Tapi mungkin tahun ini tidak sesedikit tahun kemarin. Hanya memang arak-arakan atau karnaval sudah pasti tidak ada, ini untuk mengindari kerumunan,” ujar Iin.
Dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan, Iin mengungkapkan ada acara secara langsung dan juga ada output dalam bentuk film.
Untuk acara secara langsung seperti kunjungan silaturahmi ke Masjid Agung Semarang dan pembacaan Suhuf Halaqoh oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Dalam kegiatan tersebut, Forkomipda beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) di Kota Semarang mendampingi Wali Kota Hendi.
Seluruh kegiatan tersebut tentu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat mengingat saat ini masih dalam masa pandemi.
“Dugderannya seperti kemarin tapi jumlahnya lebih banyak lagi tapi tetap terbatas. Nanti, ada atraksi tapi tidak karnaval,” imbuhnya.
Sebelum pandemi melanda, pawai arak-arakan Warak Ngendhok dengan peserta yang berasal dari lintas agama memeriahkan tradisi Dugderan. Di awali dengan penabuhan bedug di Balai Kota oleh Wali Kota Semarang yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.
Kemudian prosesi inti dari Dugderan ini adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Agung Semarang ke Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat. Suhuf tersebut kemudian dibaca dilanjutkan dengan pemukulan bedug serta menyalakan petasan sebagai tanda dimulainya awal puasa.
Dua suara yang berasal dari pukulan bedug dan petasan itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan. Penyelenggaraan tradisi dugderan tahun ini, mendapat sambutan baik oleh masyarakat Kota Semarang. Sari, masyarakat Semarang mengaku senang karena kegiatan keagamaan perlahan-lahan mulai diperbolehkan.
“Senang sekali, mulai ada kegiatan keagamaan untuk menyambut bulan Ramadan tahun ini. Salat tarawih di masjid juga sudah boleh. Semoga ke depannya pandemi ini segera teratasi agar bisa kembali ke aktvitas normal,” ujar Sari.(nda/lut)