Lingkar.co – Pemerintah Kabupaten Kendal mulai melakukan pengerukan pelabuhan yang saat ini berstatus mangkrak. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kendal, Muhammad Eko, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sudah memulai proses pengerukan sedimentasi menggunakan dua alat berat di dermaga Pelabuhan Kendal. Pengerukan ini bertujuan membuat jalur masuk agar kapal bisa kembali bersandar.
“Kami membuat jalur baru agar kapal bisa masuk dan bersandar. Kalau sedimennya dibuang ke pinggiran itu tidak memungkinkan. Target pengerukan sedimentasi selesai akhir Juni, sehingga bulan depan Pelabuhan Kendal bisa kembali beroperasi,” ujar Eko.
Eko juga mengatakan pihaknya telah bersurat ke Kementerian Perhubungan untuk mempersiapkan kapal pengganti. Saat ini terdapat kapal pengganti milik swasta PT Surya Timur Line (STL) asal Surabaya, yang akan melayani rute Kendal–Kumai menggantikan KM Kalibodri.
Wakil Bupati Kendal, Benny Karnadi, menambahkan bahwa pengerukan sedimentasi di dermaga Pelabuhan Kendal ini menggandeng pihak swasta agar lebih cepat selesai. Ia menargetkan pelabuhan itu segera beroperasi dan melayani rute Kendal-Kumai dua kali dalam sepekan.
“Kami menargetkan rute Kendal–Kumai bisa dilayani dua kali seminggu begitu pelabuhan beroperasi. Dengan aktifnya pelabuhan Kendal kembali, biaya penyeberangan dari Kendal ke Kumai maupun sebaliknya bisa lebih murah dan terjangkau,” ungkap Benny.
Sebagai informasi, pada mulanya Pelabuhan Kendal melayani rute Kendal–Kumai, Kalimantan itu, sudah tidak melayani perjalanan penumpang sejak September 2024 karena dermaga mengalami pendangkalan sehingga kapal tidak bisa berlabuh.
Kapal Motor Penumpang Kalibodri jurusan Kendal–Kumai sejak 2024 sudah tidak beroperasi dari Pelabuhan Kendal. Penyebabnya, dermaga mengalami pendangkalan cukup parah. Sebelumnya, terdapat pula kapal wisata jurusan Kendal–Nusa Kambangan, Kabupaten Cilacap, tetapi terpaksa dihentikan karena dermaganya dangkal dan jumlah penumpang sedikit.
Pendangkalan di dermaga cukup tebal, mencapai 4–5 meter, membuat kapal kesulitan bersandar. Selain itu, biaya pengerukan pasir juga mahal sehingga membuat pelabuhan Kendal menjadi mangkrak.
(*)
Penulis: Yoedi
Editor: Rifqi