Lingkar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memastikan keseriusannya merealisasikan proyek Lintas Rel Terpadu (LRT) sebagai moda transportasi publik modern di Ibu Kota Jawa Tengah.
Proyek ini direncanakan membentang sepanjang 78,4 kilometer dengan sembilan koridor, dan akan menjadi pelengkap bagi sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang sudah ada.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengungkapkan bahwa LRT bukanlah rencana baru. Detail Engineering Design (DED) sudah pernah disusun di era kepemimpinan sebelumnya. Kini, Pemkot bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah membahas teknis pelaksanaan, termasuk jalur trase dan pembiayaan.
“Pembangunan LRT tidak bisa hanya mengandalkan APBD. Kita pakai skema investasi, dengan pelaksanaan yang memerlukan persetujuan pemerintah pusat,” jelas Agustina, Kamis (14/8/2025).
Dalam waktu dekat, Pemkot akan menggelar rapat koordinasi dengan Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan untuk membahas jalur, titik pemberhentian, hingga kemungkinan menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Rute awal LRT direncanakan menghubungkan Mangkang – Penggaron lalu memutar hingga bandara. Pemkot juga mengusulkan tambahan halte untuk memaksimalkan konektivitas.
Agustina optimistis LRT akan diminati masyarakat, terutama generasi muda. “Kalau lihat LRT di drama Korea itu bersih, nyaman, nggak desak-desakan, dan nggak ada ‘cumi-cumi darat’,” ujarnya sambil berkelakar.
Pembangunan LRT diproyeksikan memakan waktu 1–2 tahun dan berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan sementara. Namun, manfaatnya diyakini jauh lebih besar mengurangi kemacetan, mempermudah mobilitas warga, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjadi daya tarik baru wisata Kota Semarang.
Untuk pembebasan lahan, Pemkot Semarang siap menanggung seluruh biaya. “Kalau tanahnya milik Pemkot tentu gratis, tapi yang lainnya jadi tanggung jawab Pemkot. Pembangunan LRT ini mimpi bersama yang sedang kita wujudkan,” tegasnya. ***