KUDUS, lingkar.co– Seorang pedagang kelapa kopyor yang berjualan di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Kudus mengatakan jangan lagi ada gerakan Jateng di Rumah Sajagagasan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hal tersebut disampaikannya lantaran ia tidak bisa berjualan dan tidak ada pemasukan untuk biaya hidup.
“Jangan lagi ada Jateng di Rumah Saja. Karena saya ga bisa jualan dan ndak ada pemasukan,” ungkap penjual kelapa kopyor Wawik, Selasa (09/02).
Selain tidak ada pemasukan dari jualan kelapa kopyor selama dua hari lalu, Wawik juga merasa sedih karena harga pokok melonjak.
“Kemarin itu harga pokok pada naik. Udah tidak kerja malah harga pokok pada naik. Harga tempe yang awalnya Rp 2000 naik menjadi Rp 3000. Tahupun juga ikut naik. Semuanya pada naik,”jelasnya
Ia berharap tak lagi ada program Jateng di Rumah Saja karena itu sangat merugikan para pedagang dan menyusahkan rakyat-rakyat kecil.
“Kalau bisa jangan lagi ada, kita kan rakyat kecil yang hidupnya bergantung pada apa yang kita jual. Kalau kita tidak jualan, lalu mau makan apa,” keluhnya.
Wawik merupakan pedagang serabutan dari Kabupaten Jepara yang menjajakan barang dagangannya di Kudus.
“Ini saya jualan kopyor. Kadang kalau musim durian ya jualan durian. Kebetulan saya dari Jepara dan kalau selesai jualan pulang ke Jepara,” ujarnya.
Wawik berharap dalam setiap kebijakan yang diberikan Pemerintah harus dikaji dahulu. Apalagi untuk kalangan rakyat kecil seperti para pedagang sehingga tidak menyulitkan dan tetap mendapat pemasukan uang.(ris/lut)
Sumber: Koran Lingkar Jateng
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps