PMI Kota Semarang Ajak Perusahaan Bekerja Dalam Konsep Kemanusiaan

Ketua PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo M.Kes, Sp.THT-KL MM(ARS) dan Kepala Disnaker Kota Semarang, Dr. Sutrisno, S.KM, MH.Kes pada Jumat (31/1/2025) pagi saat Coffee Morning peringatan Hari K3 di aula UDD PMI Kota Semarang. Foto: Rifqi/Lingkar.co

Lingkar.co – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang mengajak perusahaan untuk memperhatikan pola bekerja dalam konsep kemanusiaan. Yakni memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan dengan mempersiapkan tenaga yang terlatih di bidang pertolongan pertama.

Ketua PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo M.Kes,. Sp.THT-KL MM(ARS) mengatakan pihaknya menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai perhimpunan palang merah internasional di bidang sosial kemanusiaan dengan memberikan layanan kemanusiaan di tempat kerja.

“Dalam hal ini menjamin manusia di tempat kerja tetap selamat, sehat di dalam menjalankan tugas pekerjaannya,” kata Awal saat diwawancarai seusai membuka Coffee Morning bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Semarang dalam rangka memperingati Hari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di aula Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Semarang

“Untuk itu kami dibimbing oleh kepala dinas tenaga kerja kota Semarang untuk ikut berperan serta di dalam menjamin keselamatan kerja dengan memberikan peluang PT PMI,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, PT Prasetya Makmur Indonesia (PT PMI) sebagai unit usaha Palang Merah Indonesia dibawah naungan Yayasan Bhakti Insani siap memberikan jalsa pelatihan dan sertifikasi keselamatan kerja. “Untuk itu kami mengadakan acara ini untuk melakukan sosialisasi tentang hal itu,” ujarnya.

Kepala Disnaker Kota Semarang, Dr. Sutrisno, S.KM, MH.Kes mengapresiasi perkembangan paradigma PMI. “Matur nuwun, terima kasih kepada PMI yang paradigmanya sudah berubah yakni menghadirkan kebahagiaan,” ucapnya.

Png-20230831-120408-0000

“Jadi baik pendonor darah maupun yang diberi darah, maupun para pekerjanya bisa bahagia,” sambungnya.

Kebahagiaan tersebut, lanjutnya, juga dilanjutkan dengan adanya kreasi konsep baru berupa forest healing (terapi di hutan).

“Kalau butuh obat itu mahal, kita menunggui orang sakit juga terlalu lama, obatnya mahal, nginep (di rumah sakit);juga tidak nyaman, dan generasi ke depan itu tidak akan mau mondok di rumah sakit, apalagi diinfus,” ujarnya.

Sebab, menurut dia, generasi milenial lebih memilih proses penyembuhan dengan back to nature (kembali ke alam) melalui terapi yang dilakukan di alam bebas daripada harus menginap di rumah sakit.

“Generasi milenial tidak mau ke rumah sakit tapi dihadirkan ke alam, sehingga dia akan mencegah sebelum sakit, dia akan menghadirkan kebahagiaan sejak awal karena kebahagiaan itu adalah imun yang paling hebat,” urainya.

Selain itu, dirinya juga mengapresiasi PMI yang bergerak dalam memberikan jasa pelayanan pertolongan pertama dan sertifikasi tenaga pelaku pertolongan pertama.

“Kemudian kedua tentang pelatihan sertifikasi K3. Semua pengusaha yang mengadakan tender persyaratan administrasi itu pasti akan sangat membutuhkan pelatihan sertifikasi K3,” lanjutnya.

Dulu, kata dia, pelatihan sertifikasi K3 hanya tersentral pada alumni kesehatan masyarakat.

“Sekarang pemerintah dengan regulasi baru siaa saja bisa mengadakan asalkan sudah mendapatkan sebagai penyedia dan sertifikasi K3. PMI sudah ada lembaganya, sudah ada bentuk pelatihannya, sudah ada timnya,” jelasnya.

Untuk itu dirinya mendorong kepada para pengusaha untuk ikut pelatihan dan sertifikasi K3 di PMI.

“Siapa saja pengusaha-pengusaha yang memang benar-benar butuh sertifikasi K3, silahkan anda mendaftar di PMI, bisa berlatih di sini dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan biaya terjangkau. PMI bersama kita bahagia dalam dunia kerja dan dunia usaha,” tutupnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps