Lingkar.co – Saat ini, PPP masih menimang-nimang sejumlah nama sebagai bakal cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy (Gus Rommy), dalam keterangan tertulisnya kepada Lingkar.co, Minggu (28/5/2023).
“Ada beberapa modal, 4 sehat 5 sempurna, yang menjadi pertimbangan PPP mengajukan nama (cawapres) yang nantinya akan dibahas,” ucapnya.
Gus Rommy mengatakan, kriteria cawapres merupakan sosok berwajah Islam moderat yang memiliki modal sosial, politik, elektoral, dan logistik.
“Sosok berwajah Islam moderat yang memiliki modal sosial, modal politik, modal elektoral, dan menjadi sempurna jika ada modal logistic,” jelasnya.
Ia menilai, wajah Islam moderat sangatlah pokok untuk mengawal moderasi beragama di tengah beragamnya agama dan kepercayaan di Indonesia.
Terlebih, menurutnya, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, Indonesia selalu menjadi sasaran laboratorium dakwah seluruh aliran Islam di dunia.
“Baik yang berorientasi politik seperti Hizbut Tahrir yang mengusung khilafah atau Ikhwanul Muslimin yang mendominasi politik Timur Tengah,” ucap Gus Rommy.
“Maupun yang semata-mata berorientasi dakwah seperti Jama’ah Tabligh, Salafi, Wahabi, Syi’ah, Ahmadiyah, dan lain-lain,” lanjutnya.
Gus Rommy, mengatakan, moderasi beragama berbasis Ketuhanan Yang Maha Esa adalah kunci agar NKRI tetap rekat sebagai bangsa.
Selanjutnya, kata Gus Rommy, cawapres Ganjar setidaknya punya empat modal, yakni, sosial, politik, elektoral dan logistik.
Modal Sosial
Gus Rommy mengatakan, modal sosial, adalah rekam jejak, pengalaman, dan jaringan.
PPP menimang setiap anak bangsa yang jujur dan bersih serta memiliki pengalaman di pemerintahan pada tingkatan manapun untuk menjadi cawapres.
“Presiden dan Wapres akan memimpin 280 juta rakyat Indonesia, sepatutnyalah ia warga negara terpilih yang bersih,” kata Gus Rommy.
“Dan sudah nyata berpengalaman dalam pemerintahan, bukan seorang yang masih belajar dan mencoba-coba,” sambungnya.
Gus Rommy, juga mengatakan, punya jaringan baik berupa keormasan atau fan base.
“Merupakan faktor strategis yang cepat dapat mengerek elektabilitas manakala yang bersangkutan saat ini belum terpotret oleh survei opini publik,” jelasnya.

Modal Politik
Selanjutnya, kata Gus Rommy, cawapres punya modal politik, berupa akseptabilitas di antara seluruh parpol pengusung,
“Karena UUD 1945 telah memberikan hak konstitusional pengusungan capres-cawapres hanya kepada parpol,” kata dia.
Saat ini kata Gus Rommy, parpol pengusung Ganjar Pranowo sebagai capres, baru PDIP dan PPP.
“Insya allah masih akan bertambah lagi parpol parlemen dan non parlemen yang akan bergabung,” ucapnya.
“Bakal cawapres haruslah pribadi yang bisa diterima seluruh parpol,” lanjutnya.
Modal Elektoral
Modal cawapres selanjutnya adalah electoral. Gus Rommy, menilai, hal ini sangat utama di tengah pemilihan dilakukan secara langsung oleh rakyat.
“Tak bisa dipungkiri, rakyat akan sulit memilih sosok yang tak mereka kenal,” ucapnya.
Oleh karena itu, Gus Rommy mengatakan, popularitas dan elektabilitas menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan PPP untuk diajukan sebagai cawapres.
“Elektabiltas ini tidak harus berarti memuncaki klasemen survei, karena masih ada 8 bulan ke depan untuk mengerek yang bersangkutan sampai Pemilu,” jelasnya.
Modal Logistik
Selain itu, Gus Rommy mengatakan, cawapres yang akan diajukan juga mesti punya modal logistik.
Modal logistik, adalah kesempurnaan yang menggenapkan modal-modal sebelumnya,” kata Gus Rommy.
“Sebagaimana dikatakan pak JK (Jusuf Kalla) di salah satu media, menjadi presiden dan wapres di Indonesia membutuhkan triliunan rupiah,” sambungnya.
Hal itu kata dia, untuk sosialisasi diri melalui media sosial, media cetak dan elektronik.
Lalu, untuk keliling Indonesia melakukan pertemuan tatap muka, untuk merekrut, mendidik, dan menyediakan uang lelah saksi serta kebutuhan-kebutuhan lainnya.
“Tentu sebagaimana UU Pemilu mengatur, ada sumbangan-sumbangan yang pasti akan dikumpulkan,” kata Gus Rommy.
Namun, ucapnya, UU mengatur sumbangan maksimum Rp5 miliar untuk pribadi dan Rp25 miliar untuk perusahaan/Lembaga.
“Maka jumlah yang dikumpulkan bisa jadi tidak cukup untuk memenangkan (Pilpres)” kata Gus Rommy.
“Karenanya jika pasangan capres-cawapres memiliki dananya sendiri yang berdasarkan UU tak dibatasi,” lanjutnya.
Oleh karena itu, ia menilai, punya modal logistik akan menjadi nilai tambah untuk keberdayaan pasangan capres-cawapres, meski hal ini tidak mutlak.
“Hal-hal di atas menjadi bagian dari pertimbangan PPP untuk pada saatnya mengajukan nama (cawapres)” kata Gus Rommy.
“Untuk dibahas dalam kerja sama politik dengan jumlah parpol yang insya allah lebih banyak dari PDIP-PPP semata hari ini,” sambungnya.
Gus Rommy pun mengungkapkan, paling lambat juli 2023, PPP bersama PDIP akan membahas nama cawapres yang mendampingi Ganjar Pranowo.
“Insya allah sesuai penyampaian Plt Ketum PPP, pak Mardiono, selambat-lambatnya bulan Juli cawapres mas Ganjar akan dibahas bersama,” pungkasnya.***
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling