Site icon Lingkar.co

Protes Tak Dapat Manggung di Hajatan, Pelaku Seni Grobogan Gelar Pentas di Tengah Hutan

AKSI: Perwakilan pelaku seni sedang melakukan aksi pentas wayang di Obyek Wisata Air Terjun Gulingan, Rabu (17/3). (MUHAMAD ANSORI/LINGKAR.CO)

AKSI: Perwakilan pelaku seni sedang melakukan aksi pentas wayang di Obyek Wisata Air Terjun Gulingan, Rabu (17/3). (MUHAMAD ANSORI/LINGKAR.CO)

GROBOGAN, Lingkar.co– Belasan pelaku seni di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang tergabung dalam Forum Komunikasi  Pegiat Seni (Forkapi) menggelar aksi protes Rabu (17/3/2021).

Menyusul, mereka tidak boleh menggelar pertunjukan dalam hajatan warga karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan.

Aksi protes yang mereka lakukan cukup unik. Yakni  dengan melakukan pentas di tempat wisata air terjun gulingan, di Desa Sedayu, Kecamatan/Kabupaten Grobogan.

Lokasi tempat pentas tersebut di tengah hutan. Tujuannya untuk menghindari kerumunan. Untuk sampai ke lokasi, mereka harus berjalan kaki karena kondisi jalan setapak dan cukup terjal.

Selain itu, pentas wayang, pelaku seni juga membacakan pernyataan sikap. Mereka meminta jajaran forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Kabupaten Grobogan memperhatikan nasib pelaku seni selama pandemi covid-19.

Ketua Forkapi Grobogan Hardono mengatakan, selama pandemi covid-19 sebagai pelaku seni sangat menderita. Karena tidak bisa manggung di tempat hajatan warga.

Menurutnya, selama pandemi, banyak pelaku seni menganggur. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terpaksa menggadaikan hingga menjual perlengkapan pentas.

“Ini untuk menggugah hati beliau (pemerintah, Red). Mudah-mudahan hati beliau terbuka. Kami betul sengsara. Sangat menderita, karena pelarangan-pelarangan ini,” katanya.

Siap Terapkan Prokes Jika Dapat Kelonggaran Pentas

Hardono menjelaskan, pertunjukan wayang dengan lakon Semar dan Petruk dalam aksi tersebut menyimpan pesan. Bahwa tokoh Semar dalam pewayangan adalah pemomong rakyat dengan banyak karakter.

“Sedangkan Petruk jadi ratu sangat tidak peduli dengan masyarakat. Petruk merasa berkuasa dan bersikap sewenang-wenang. Dengan memainkan wayang ini supaya para penguasa diingatkan Semar agar ingat kepada rakyatnya,” tambahnya.

Menurutnya, ada beberapa unsur seni yang ikut dalam aksi tersebut. Mulai dari, seni musik rebana, wayang, ketoprak, ledek, tayub, dan dalang pengrawit. Para pelaku seni akan melakukan aksi lanjutan dengan mengumpulkan dukungan berupa tanda tangan ribuan masyarakat, jika Pemkab belum juga memberikan kelonggaran.

“Pelaku seni siap menerapkan protokol kesehatan yang ketat jika pentas seni dapat izin oleh Pemkab. Dengan aksi itu supaya nantinya Pemerintah setempat memberikan kelonggaran para pelaku seni di kabupaten tersebut,” harapnya.(ori/lut)

Exit mobile version