Site icon Lingkar.co

Refleksi HUT ke-80 RI, IKA PMII Jateng Bedah Buku Menyalakan Api Perlawanan Masterpiece Perjuangan Ulama Jawa Tengah Melawan Penjajah

Suasana bedah buku berjudul Menyalakan Api Perlawanan Masterpiece Perjuangan Ulama Jawa Tengah Melawan Penjajah yang dilakukan IKA PMII Jateng di Wisma Perdamaian Semarang, Jum'at (22/8/2025). Foto: dokumentasi

Suasana bedah buku berjudul Menyalakan Api Perlawanan Masterpiece Perjuangan Ulama Jawa Tengah Melawan Penjajah yang dilakukan IKA PMII Jateng di Wisma Perdamaian Semarang, Jum'at (22/8/2025). Foto: dokumentasi

Lingkar.co – Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Jawa Tengah menggelar refleksi kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di aula Wisma Perdamaian Tugu Muda Semarang, Jum’at, (22/8/2025) siang.

Kegiatan dirangkai dengan launching dan bedah buku berjudul Menyalakan Api Perlawanan Masterpiece Perjuangan Ulama Jawa Tengah Melawan Penjajah. Buku tersebut merupakan karya pengurus IKA PMII, Dr. M. Kholidul Adib. Ia sejak aktif sebagai kader PMII memang sudah dikenal gemar berdiskusi dan menggali sejarah.

Sebanyak 4 tokoh hadir sebagai narasumber bedah buku, yakni; Prof. Dr. H. Musahadi M.Ag. (Ketua PW IKA PMII Jateng) Prof. Dr. H. Arief Junaidi M.Ag. (Ketua LP2M UIN Walisongo) Muslihah Setiasih mantan Plt. Kepala Kesbangpol Jateng dan Drs. KH. Ali Munir Basyir M.Pd (Pengasuh PP Alfirdaus YPMI Ngaliyan Semarang). Bedah buku dipandu moderator sekaligus penyunting buku Dr. M. Kholidul Adib.

Membuka bedah buka, Adib, sapaan akrab M. Kholidul Adib memaparkan bahwa buku yang ia tulis merupakan implementasi deklarasi PW IKA PMII Jawa Tengah saat halal bi halal pada tanggal 24 April 2025 di Pendopo Bupati Blora. Saat itu, kata dia, IKA PMII Jateng melakukan deklarasi untuk bergerak menulis sejarah 100 ulama pejuang di Jawa Tengah. Proses pembuatan buku melibatkan penulis dari anggota IKA PMII di Jawa Tengah.

Menurutnya, buku tersebut mengupas sejarah perjuangan ulama sejak di era kesultanan Demak hingga era kemerdekaan. “Pada buku edisi pertama ini disusun dalam waktu dua bulan, yaitu Mei-Juni dan berisi 51 sejarah singkat ulama pejuang di Jawa Tengah dan insya Allah akan disusul edisi kedua,” kata Adib.

Lebih lanjut Adib menyebut budaya literasi untuk melanggengkan kontribusi dalam berjuang bukanlah satu-satunya tujuan dalam penulisan buku tersebut. Lebih dari itu menjadi pemetaan potensi pengajuan gelar pahlawan nasional.

“Tujuan penulisan buku ini ada tiga. Pertama literasi sejarah 100 ulama pejuang di Jawa Tengah. Kedua meneladani pejuangan para ulama untuk konteks kehidupan sekarang dan ketiga jika memenuhi syarat bisa diajukan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya.

Kata dia, kegiatan bedah buku diadakan di Wisma Perdamaian karena berada di depan Tugu Muda yang dibangun untuk mengenang perjuangan masyarakat Semarang yang gigih berjuang melawan penjajah pada tanggal 15-19 Oktober 1945. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan istilah Pertempuran 5 Hari di Semarang.

Sementara, Prof. Dr. KH. Musahadi, MAg mengingatkan bahwa dalam melakukan refleksi kemerdekaan ini yang harus dilakukan adalah menggali semangat nasionalisme. “Nasionalisme harus dapat kita letakkan dalam konteks sejarah dalam dimensi ruang dan waktu, baik pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,” katanya.

“Masa lalu, kita lihat para sesepuh kita berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian kita sebagai generasi sekarang dan adik-adik generasi mendatang agar mempersiapkan SDM untuk mengisi kemerdekaan. Setelah itu bisa disusun buku yang lebih mendalam dan jika memenuhi syarat dapat diajukan sebagai pahlawan nasional,” ucapnya.

Analisa Data

Dalam penulisan buku biografi ulama pejuang ini para penulisnya sudah menggunakan metode analisa data yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode analisis data dalam penulisan sejarah meliputi beberapa tahapan yang sistematis, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis dan penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah).

Buku ini sudah ditulis berdasarkan empat tahapan metode analisa data tersebut. Maka dari itu, Musahadi menegaskan bahwa tujuan dan pentingnya peneliti sejarah memakai metode analisa data adalah untuk memastikan keabsahan dan keakuratan informasi.

“Metode analisa data membantu sejarawan dalam memastikan bahwa informasi yang digunakan dalam penulisan sejarah adalah valid dan akurat,” ujarnya.

Meski demikian, dirinya tetap mengakui bahwa penulisan sejarah juga tidak lepas dari subyektivitas. Sejarah kadang ditulis untuk kepentingan pihak tertentu. Penulisan sejarah kadang juga tidak lepas dari ideologi dan kepentingan penulis dan rezim penguasa sehingga kadang hasilnya kurang ideal.

“Kita juga melihat penulisan sejarah belum memberikan porsi kepada peran ulama dan santri padahal peran ulama dan santri dalam perang kemerdekaan sangat luar biasa. Buku ini sudah ditulis berdasarkan empat tahapan metode analisa data tersebut,” tandasnya.

Dirinya mengapresiasi hadirnya karya para penulis dari PMII Jateng karena generasi saat ini dan mendatang butuh wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di tengah budaya individual dan hedon ini.

“Buku ini sudah sangat keren karena mengajak kita semua untuk mengenang sekaligus mendokumentasikan perjuangan para ulama. Buku ini penting karena di tengah tantangan kehidupan bangsa kita yang semakin individualis dan hedonis,” tegasnya. (*)

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat

Exit mobile version