Site icon Lingkar.co

Seniman, Siap Sambut Festival Barongan Nasional

BLORA— Festival Barongan tingkat Nasional yang bakal digelar pada 26 November tahun ini, disambut baik dan positif oleh para seniman. Bagaimana tidak pasalnya Event tahunan yang sempat berhenti karena pandemi ini, akan diadakan kembali untuk menyemarakkan rangkaian Hari Jadi Kabupaten Blora ke-273 pada bulan Desember mendatang.

Salah satu ketua paguyuban Seni Barongan Adi Wibowo saat ditemui lingkarjateng, Minggu (30/10), mengaku sangat mendukung dan siap memeriahkan festival tersebut. Apalagi salah satu kesenian di Blora ini, yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO.

“ini sebuah sarana bagus. Karena selain untuk memeriahkan hari jadi Blora juga untuk mengapresiasi, melestarikan seni barong itu sendiri, dan juga sekaligus ajangnya para seniman barongan, untuk menampilkan sebuah garapan yang maksimal. serta eksistensi untuk menumbuhkan bahwa barongan Blora itu punjernya seperti ini, yang berbeda dengan kota- kota lain,” ucapnya.

Menurut Didik (sapaan akrab ketua Paguyuban RGS ) bahwasanya, antusiasme masyarakat Blora maupun luar blora untuk menonton pertunjukan barongan sangat tinggi sekali. Apalagi di setiap desa ada atau memiliki paguyuban Seni Barongan.

Bahkan ia, juga memahamkan kepada masyarakat bahwa salah satu kesenian rakyat blora ini telah diakui UNESCO.

“ada yang bertanya, kenapa barong blora tak didaftarkan ke UNESCO, takudnya nanti kayak yang di Jawa timur lho mas Didik,) kenapa yang di Jawa timur seperti Reog terjadi demo ?, jawabnya, karena belum diakui. kalau Blora sudah penyerahan dijakarta “Barongan Blora sudah diakui warisan non benda, bersama samin Surosentiko pada tahun 2017, dan perjuangan kami Guntur Seto waktu itu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ketika ditanya awak media ini terkait pemecahan MURI diajang festival barongan nanti, didik mengatakan tak ada pemecahan muri, dan lebih fokus terhadap garapan.

“Sebenernya dulu sempat mau pernah menyelenggarakan untuk memecahkan MURI, tahun 2009. kalau muri cuma banyak jumlah, itu bisa- bisa saja, tetapi kalau saya, ketika dimintai saran temen- temen dinas maupun dari paguyuban iya kita lebih konsen kualitas dulu, penguatan karakter barongan Blora seperti apa.

muri itu bisa, semisal contoh : kita mau mecahin muri kepala barongan 5000- 10000 bisa blora, tapi hanya sekedar mecahin kepala juga. menurut saya saat ini lebih ke pondasikan penilaian penguatan karakter. barongan gembong Ami Joyo i piye ?,Joko lodro i piye ?, kalau saya kesana,” ungkapnya.

Didik juga menegaskan bahwa penguatan karakter barongan Blora lebih utama, dan ada perbedaan antara barongan Blora, dengan kesenian yang ada dijawa timur, karena memiliki pakem dan karakter sendiri.

“kalau reog ya Ponorogo, caplok dan pecutan Kediri, kan iya itu, makanya itu dulu (karakter) di kuati biar temen- temen seniman barongan juga semakin tau, menyayangi, memperdalam serta melestarikan dan masyarakat semakin tau,” jelasnya.

Ia, pun berharap kepada seniman Barongan agar terus menggali potensi dan berinovasi dimasing- masing paguyubannya. Serta berharap jika nantinya hal tersbut terus dikembangkan, kedepan semakin memikat masyarakat dan terus untuk mengudang untuk tampil.

“soalnya gini, seni merakyatan paling iya gitu- gitu saja, tetapi bukan berarti seni kerakyatan tidak bisa dikemas dengan kita belajar seni kerakyatan bisa kita kemas, kita bisa mandiri. pokoknya terus berkreasi, cintai budaya sendiri, semangat terus belajar, dan jangan cepat berpuas diri,” bebernya.

Dirinya juga menambahkan, jika nantinya kemasan barongan sudah bagus sekaligus mandiri, tak akan lagi mengandalkan bantuan dari pemerintah.

“saya mendirikan RGS tahun 1999 itu tanggapan pertama 75rb, bahkan dulu malah nggak bayaran. sekarang udah dua juta sekali main, artinya udah ada perkembangan. terpenting itu tadi berkreasi tanpa meninggalkan pakem barongan Blora. Kalau udah mandiri, tak mengandalkan bantuan proposal, barongan sitik- sitik njalok proposal, ini sudah saatnya bangkit, bagaimana bisa ditanggap. kalau kita bagus, dan ingin dicintai masyarakat iya terus berlatih,” imbuhnya. (Yul).

Penulis: Lilik Yuliantoro

Exit mobile version