Site icon Lingkar.co

Sepenggal Sejarah Pintu Gerbang Majapahit, Destinasi Wisata Sejarah di Kabupaten Pati

Kondisi pintu Gerbang Majapahit di Desa Rondole, Kecamatan Margorejo, Pati, Jawa Tengah baru-baru ini.(MIFTAHUS SALAM/LINGKAR)

Kondisi pintu Gerbang Majapahit di Desa Rondole, Kecamatan Margorejo, Pati, Jawa Tengah baru-baru ini.(MIFTAHUS SALAM/LINGKAR)

PATI, Lingkar.co – Pintu Gerbang Majapahit menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Kabupaten Pati. Bagi yang baru pertama kali datang mungkin akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa, pintu gerbang ini bisa berada di Desa Rondole, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sementara pusat kerjaan Majapahit kala itu berada di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Budi Santoso, juru kunci pintu gerbang Majapahit menceritakan, pada tahun 1479 Kerajaan Majapahit hancur setelah kalah perang dengan kerajaan Islam Demak. Banyak sisa-sisa kerajaan yang telah menjadi puing. Salah satu yang tersisa adalah pintu gerbang tersebut yang diberi nama ‘Bajang Ratu’.

Selanjutnya, pada tahun 1486, ada sebuah kisah, bahwa di dekat Desa Muktiharjo yang sekarang menjadi salah satu SMK 4 Pati dulunya merupakan Bengawan. Pada suatu hari Sunan Muria pulang dari padepokan Sunan Ngerang Juwana.

Sesampainya di Bengawan tersebut, Sunan Muria ingin menyebrang, namun tak ada sampan atau alat apapun untuk menyebrang. Kemudian Sunan Muria membuat sayembara.

Baca Juga:
Miliki Nilai Sejarah, Wisatawan Dalam dan Luar Negeri Kunjungi Pintu Gerbang Majapahit di Pati

“Kalau laki-laki menjadi saudara, kalau perempuan jadi istri,” paparnya.

Kebetulan, lanjutnya, yang bisa menyenangkan adalah Dewi Sapsari, yang merupakan putri dari Ki Gede Sebo Menggolo menggunakan kerbau. Akhirnya Sunan Muria menepati janjinya untuk menikahi Dewi Sapsari

Selang beberapa hari, Sunan Muria pulang ke Muria, meninggalkan Dewi Sapsari yang hamil. Lalu melahirkan anak diberi nama Raden Bambang Kebo Nyabrang. “Sesuai dengan perkenalannya dengan Sunan Muria. Karena waktu menyebrangkan naik kerbau,” katanya.

Selepas melahirkan, ibunya meninggal dunia. Kemudian Raden Bambang Kebo Nyabrang diasuh oleh kakeknya Ki Gede Sebo Menggolo.

Setelah dewasa Raden Bambang Kebo Nyabrang pergi ke Muria untuk menemui Sunan Muria. Namun, Sunan Muria tidak langsung mengakuinya. Sebagai syarat agar diakui sebagai anaknya, Raden Bambang Kebo Nyabrang harus membawa pintu gerbang Majapahit ke gunung Muria dari Mojokerto dalam satu malam. Kemudian bergegaslah menuju Mojokerto.

Perperangan Raden Bambang Kebo Nyebrang dan Raden Ronggo

Di lain tempat, di padepokan Sunan Ngerang terdapat salah satu muridnya yang bernama Raden Ronggo ingin mempersunting putri dari Sunan Ngerang yang bernama Roro Pujiwat. “Tapi baru mau diambil istri kalau bisa membawa pintu bajang ratu dibawa ke ngerang,” imbuhnya.

Namun, ternyata pintu gerbang tersebut sudah keduluan dibawa oleh Raden Bambang Kebo Nyabrang. Lalu dikejarlah Raden Bambang Kebo Nyabrang sampai masuk ke hutan, kemudian keduanya saling berperang. “Sampai disini berperang selama 35 hari. Tidak ada yang kalah dan menang,” terangnya.

Baca Juga:
Tambah Fasilitas hingga Terapkan Protokol Kesehatan

Mengetahui hal tersebut, kemudian Sunan Muria turun dan berkata “Wes le padha lerena sak kloron padha bandhole”. Keduanya lalu berhenti melakukan peperangan. Kemudian tempat tersebut diberi nama Dukuh Randhole (Sak Kloron Padha Bandhole).

Selepas itu, Sunan Muria mengakui Raden Bambang Kebo Nyabrang sebagai putranya. Dan beliau menyuruh anaknya tersebut untuk menjaga pintu tersebut, hingga akhirnya meninggal. 

“Sehingga nama pedayangannya sini Raden Bambang Kebo Nyabrang,” pungkasnya.

Banyak Wisata Sejarah di Pati

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata pada Dinas Pemuda Olahraga dan pariwisata (Dinporapar) Pati Ida Istiani mengatakan, ada sejumlah tempat wisata sejarah di Kabupaten Pati. Selain Pintu Gerbang Majapahit di Desa Rondole, ada juga Genuk Kemiri di Dukuh Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Pati.

“Kemudian, ada juga Sedang Sani di Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu. Selain itu, ada juga Bangunan Cagar Budaya merupakan bekas rumah Residen Pati,” ujarnya. (lam/lut)

Exit mobile version