Lingkar.co – Rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah menetapkan pasangan calon nomor 02 Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen sebagai pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah 2024.
Hasil rekapitulasi KPU Jawa Tengah menyebutkan paslon Luthfi-Yasin berhasil mengumpulkan total 11.390.191 suara, unggul atas pasangan calon nomor urut 01 Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang mendapatkan 7.870.084 suara.
Atas keberhasilan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) kembali melenggang sebagai Wakil Gubernur Jateng, Santri Gayeng Nusantara SGN Kota Semarang menggelar Tasyakuran kemenangan di Ponpes Al Qur’an Dzauqal Furqon Krasak Rowosari Tembalang Kota Semarang, Sabtu (7/12/2024).
Ketua SGN Kota Semarang, Kiai Eko Yulianto menuturkan, keberhasilan Gus Yasin merupakan harapan kalangan pesantren. Karena itu ia berharap pesantren di Jawa Tengah bisa ikut merasakan manfaat program yang disusun oleh Luthfi-Yasin.
“Gus Yasin jadi Wagub lagi, semoga berdampak positif bagi para santri, dan syiar Islam di Jateng,” tuturnya.
Kendati demikian, santri yang lulus dari Ponpes Al Anwar Sarang tahun 2000 ini mengakui bahwa Hendrar Prihadi cukup berhasil sebagai wali kota Semarang. Sehingga, suara Luthfi-Yasin kalah di kota Semarang
“Meskipun kalah di kota Semarang tapi tetap kita syukuri karena bisa jadi Wagub lagi ini menjadi modal utama bagi perjalanan karir Gus Yasin. Karena itu kami tentunya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kemenangan Gus Yasin,” ujarnya.
Senada, KH Ichsan Turmudi AH selaku tuan rumah kegiatan tasyakuran mengaku senang dengan kemenangan Luthfi-Yasin pada Pilgub Jateng. Ia juga berterima kasih kepada semua kiai, ustadz, santri serta masyarakat luas yang telah mendukung pemenangan pasangan Luthfi-Yasin di kota Semarang
“Semoga menjadi pemimpin yang adil dan amanah, pemimpin yang mampu memakmurkan warga Jawa Tengah, pemimpin yang mendukung syiar Islam, pemimpin yang menjadi teladan bagi Indonesia, khususnya di Jawa Tengah,” doanya.
Hadir memberikan ceramah keagamaan, Habib Hasan bin Abdurrahman Al-Jufri mengatakan, sejak dulu masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Tengah hanya mengenal dua istilah dalam berbagai peristiwa, yaitu ungkapan rasa syukur dan meminta keselamatan. “Kalau tidak syukuran ya selamatan,” ujarnya.
Kata dia, masyarakat sudah memiliki tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan, termasuk keselamatan Gus Yasin dalam memimpin pembangunan di Jawa Tengah.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya khidmah (mengabdi) kepada guru (kiai yang mengajar sewaktu di pesantren). Meskipun seorang santri telah pulang (alumni) dan menjadi orang hebat.
Ia menyebut bahwa KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) sebagai contoh politisi yang langka. Dalam berbagai ceramah bisa tampil sebagai politikus yang religius, agama mengawal politik “Itu orang yang istimewa,” tegasnya.
Hadir dalam kesempatan itu, beberapa tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Kota Semarang, relawan Kilat Altas, Gerakan Pemuda Nahdliyin (GPN), dan puluhan pemuka agama Islam setempat. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat