Lingkar.co – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah berjalan cukup lancar sejak Januari 2025. Namun demikian, berbeda dengan yang dihadapi di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) serta wilayah kepulauan terpencil. Pelaksanaan program MBG harus menemui berbagai kendala seperti keterbatasan akses atau infrastruktur, distribusi logistik, hingga sumber daya manusia menjadi hambatan dalam menjangkau anak-anak di wilayah tersebut.
Deputi Lima Kantor Staf Presiden RI, Mayjen TNI (Purn) Harianto, dan Deputi Bidang Penyaluran dan Penyediaan Makanan Bergizi Gratis, Brigjen TNI (Purn) Suardi Samiran menyadari hal itu setelah memperhatikan evaluasi dan percepatan program yang dimaksudkan untuk meningkatkan gizi agar peserta didik menjadi lebih cerdas, dan konsentrasi belajar yang lebih baik, sehingga kualitas pendidikan juga ikut meningkat.
“Program ini adalah bagian dari upaya negara untuk meningkatkan kecerdasan anak dan menurunkan angka stunting, terutama di wilayah 3T seperti luar Jawa. Makanan akan disiapkan terpusat, dikemas steril, dan tinggal dipanaskan saat sampai,” jelas Suardi saat meninjau langsung uji coba program MBG Tanpa Dapur di SD Negeri Nolokerto 01, Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Rabu( 21/5/2025).
Dijelaskan, pemerintah bekerja sama dengan PT Bisnis Rakyat Indonesia (BRI) yang berbasis di Kaliwungu, Kendal. Perusahaan ini memproduksi makanan bergizi siap saji dalam kemasan sterile form yang praktis dan higienis. Sementara itu, nasi dan sayuran akan tetap disiapkan dari daerah masing-masing agar sesuai dengan ketersediaan bahan lokal dan cita rasa setempat.
“Kami tidak boleh membiarkan anak-anak di daerah 3T dan kepulauan tertinggal dalam hal gizi dan pendidikan hanya karena tantangan geografis,” ujar Mayjen TNI (Purn) Harianto.
Pantauan di lokasi, peserta didik nampak antusias menyambut pelaksanaan program MBG. Hardian salah satunya, siswa kelas 1 SDN Nolokerto 01 ini mengaku senang dengan makanan gratis yang diterimanya.“Makanannya enak dan sehat,” ujarnya.
Tidak kalah antusias, Dika, siswa kelas 2 di sekolah yang sama mengaku senang karena ada mendapatkan menu favoritnua. “Aku suka ayamnya, terus ada sayur juga,” ucapnya.
Direktur PT Bisnis Rakyat Indonesia , Dewi Artati, mengatakan bahwa penyediaan lauk seperti ayam, telur, dan daging dari pusat adalah solusi untuk keterbatasan bahan di daerah 3T, sedangkan sayur dan nasi tetap memanfaatkan potensi lokal.
“Kami bantu bagian yang sulit didapat di daerah 3T, seperti protein hewani. Tapi untuk nasi dan sayur, bisa dari daerah masing-masing,” ungkapnya.
Pemerintah juga berupaya menjalin kemitraan strategis dengan koperasi, UMKM, dan dunia usaha lokal, serta mendorong peran aktif pemerintah daerah dalam penyediaan bahan baku, logistik, dan pelatihan tenaga kerja.
Program MBG ini diharapkan menjadi motor penggerak sinergi pusat dan daerah dalam membangun ketahanan gizi nasional, terutama untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di wilayah yang selama ini belum sepenuhnya tersentuh oleh pembangunan. (*)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat