Site icon Lingkar.co

Up Grading Komite PAUD, Budiyanto Wanti-wanti Orang Tua dan Guru Tak Tergantikan Teknologi

Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang Dr Drs Budiyanto SH MHum saat menyampaikan materi dalam Upgrading Komite PAUD 'TK, Pos PAUD/KB Kota Semarang di Graha Wisata (Grawis) Hotel School, Semarang Barat, Kota Semarang, Sabtu (27/9/2025). Foto: Rifqi/Lingkar.co

Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang Dr Drs Budiyanto SH MHum saat menyampaikan materi dalam Upgrading Komite PAUD 'TK, Pos PAUD/KB Kota Semarang di Graha Wisata (Grawis) Hotel School, Semarang Barat, Kota Semarang, Sabtu (27/9/2025). Foto: Rifqi/Lingkar.co

Lingkar.co – Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang Dr. Drs. Budiyanto, SH, MHum mengingatkan bahwa perkembangan teknologi yang demikian pesat bisa membahayakan budaya pendidikan. Maka dari itu ia mewanti-wanti peran mendidik anak dari lingkungan keluarga, orang tua dan guru menjadi teladan dan tak dapat digantikan oleh teknologi.

Sebab, menurut Budiyanto, pendidikan yang paling utama dimulai dari keluarga yang menanamkan nilai-nilai, membentuk dan membangun karakter pada anak. Semestinya, komite sekolah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam memantapkan karakter anak di lingkungan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Jadi peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan melalui program-program yang diajukan kepada kepala sekolah, komite sekolah dan kepala sekolah harus berkolaborasi menanamkan karakter sebelum masuk sekolah dasar,” kata dia.

Ia menyampaikan hal itu saat memberikan pembekalan Upgrading Komite PAUD ‘TK, Pos PAUD/KB Kota Semarang di Graha Wisata (Grawis) Hotel School, Semarang Barat, Kota Semarang, Sabtu (27/9/2025). Kegiatan dihadiri 100 orang Komite PAUD.

Dirinya mengungkapkan, aturan terbaru yang menyatakan adanya Komite PAUD menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Sementara itu banyak orang tua yang menyekolahkan anak ke PAUD karena sibuk bekerja.

Maka dari itu, Budiyanto meminta agar para komite sekolah mempertimbangkan dalam menentukan ekstrakurikuler sekolah. Sebab, pendidikan karakter diharapkan bisa terwujud melalui kegiatan tambahan tersebut.

“Kegiatan ekstrakurikuler yang harus dirumuskan oleh Komite Sekolah. Jadi semua bisa memberikan masukan kepada kepala sekolah. Setidaknya, program tambahan memberikan dampak pada etika,” pesannya.

Ia menyontohkan, kegiatan outing class di tempat tertentu seperti kebun binatang, pantai, kota lama, atau tempat-tempat bersejarah dan tempat ibadah, “Anak harus mulai belajar mengenal satwa dan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, memahami etika beribadah dan berinteraksi dengan orang lain,” jelasnya.

Budi, sapaan akrabnya, juga mengungkapkan kebijakan Pemkot Semarang yang menjadikan kesehatan dan pendidikan sebagai prioritas utama pembangunan daerah.

“Program di bidang kesehatan dan pendidikan menjadi prioritas Pemkot Semarang karena kalau warga kota Semarang sehat dan pintar, berilmu. Maka pembangunan di kota Semarang berjalan dengan lancar,” tuturnya.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang Dr Drs Budiyanto SH MHum saat menyampaikan materi dalam Upgrading Komite PAUD ‘TK, Pos PAUD/KB Kota Semarang di Graha Wisata (Grawis) Hotel School, Semarang Barat, Kota Semarang, Sabtu (27/9/2025). Foto: Rifqi/Lingkar.co

Oleh karena itu dirinya meminta agar komite PAUD bisa meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan membuat program yang terbaik bagi anak di sekolah agar memiliki ilmu dan etika sebagai bekal hidup di masa depan.

“Mari sumbangkan tenaga dan pikiran untuk.mengembangkan pendidikan untuk menyiapkan anak-anak menjadi generasi emas di masa mendatang,” ajaknya.

Sebelumnya, Kapala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Dr. Bambang Pramusinto, SH, SIP, MSi, memaparkan berbagai program Pemkot Semarang di bidang pendidikan. Yakni: Program Sekolah Swasta Gratis bagi anak dari keluarga kurang mampu di sekolah swasta yang telah bekerja sama dengan Pemkot Semarang.

Selanjutnya, program Gerbang Harapan, yaitu bantuan pendidikan bagi siswa dan mahasiswa yang membutuhkan melalui skema gotong royong, baik dalam bentuk orang tua asuh maupun CSR. Hal ini, kata Bambang, termasuk study wisata.

“Sekolah boleh mengadakan studi wisata, tapi teknis penganggaran yang harus diatur dengan baik, jika ada yang keberatan bisa disikapi dari CSR,” terangnya.

Kemudian, program Semarang Mendidik, sebuah inovasi pendidikan terpadu yang melibatkan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kuat.

Pemkot Semarang juga menerapkan pendidikan dalam menjaga kebersihan lingkungan yang diberi nama GESIT (Gerakan Sisa Sampah Jadi Berkah): Melalui ini, anak dididik untuk memilah, mengolah, dan membuat produk inovasi dari sampah. (*)

Exit mobile version