Site icon Lingkar.co

Warga di Sragen, Rubah Kotoran Cacing Jadi Pupuk Organik

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Fraksi PKB Luluk Nur Hamidah melihat langsung pupuk organik yang di Dukuh Siderejo baru-baru ini. (MUKHTARUL HAFIDZ/LINGKAR.CO)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Fraksi PKB Luluk Nur Hamidah melihat langsung pupuk organik yang di Dukuh Siderejo baru-baru ini. (MUKHTARUL HAFIDZ/LINGKAR.CO)

SRAGEN, Lingkar.co  – Seorang warga Dukuh Sidorejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen, berinovasi merubah kotoran cacing (kascing), menjadi pupuk organik dalam bentuk granul.

Meski memiliki usia yang tak lagi muda, Parmin (70) memiliki kreativitas unik, tanah secara khusus dari Negeri Gajah Putih Thailand.

 Pria yang sebelumnya bekerja sebagai pengrajin genteng batako itu, memilih fokus menekuni usaha produksi pupuk organik sejak 15 tahun lalu.

Rumahnya yang terletak tak jauh dari areal persawahan, menjadi tempat produksi pupuk dengan memberdayakan delapan tenaga kerja.

“Saat itu (15 tahun lalu), saya yang tergabung dalam kelompok tani mendapat bantuan cacing dari Pak Untung (Untung Wiyono, mantan Bupati Sragen). Sampai sekarang, cacing itu masih saya budi dayakan,” ujar Parmin.

Dalam sehari, Parmin bisa memproduksi rata-rata 2,5 ton pupuk organik granul yang berasal dari kotoran cacing. Sekitar 2,5 ton cacing yang dibudidayakan diberi makan dengan 2,5 ton kotoran sapi.

Setelah sehari semalam, cacing itu akan mengeluarkan kotoran yang kemudian proses pengolahan sebagai bahan pupuk organik granul.

Untuk mengolahnya menjadi pupuk organik siap jual, Parmin membuat mesin pengayakan granul bertenaga diesel. Pupuk organik granul bikinan Parmin dijual kurang dari Rp2.000 per kilogram.

 Kurangnya ketersediaan kotoran sapi yang jadi makanan cacing menjadi kendala untuk produksi dalam jumlah besar. Parmin sendiri saat ini hanya memiliki 12 ekor sapi yang bisa menghasilkan rata-rata 180 kilogram kotoran setiap harinya.

Untuk menambah jumlah produksi pupuk, ia terpaksa membeli kotoran sapi dari kalangan peternak di sekitar desanya.

“Kalkulasinya, kebutuhan kotoran sapi sangat banyak. Cacing yang saya budidayakan itu bisa makan kotoran dari 150 ekor sapi per hari. Jadi kekurangannya masih banyak sekali,” terangnya.

Salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Fraksi PKB Luluk Nur Hamidah saat  meninjau lokasi produksi pupuk organik kascing tersebut memuji memuji langkah Parmin. 

Luluk mengapresiasi upaya Parmin, yang menggencarkan produksi pupuk organik demi mengurangi ketergantungan petani kepada pupuk kimia.

“Tantangannya itu petani lebih suka melihat warna hijau tanaman padi dengan pupuk kimia. Padahal yang hijau itu baru daunnya. Terpenting itu adalah bulir biji tanaman padinya,” ujarnya.

Ia berharap, tempat produksi pupuk organik kascing tersebut bisa berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, butuh dukungan dari Pemerintah Daerah (Pemda), provinsi maupun pusat.

Sebagai bentuk kepedulian pemerintah pusat, Luluk menyalurkan bantuan sarana produksi kepada Parmin.

“Harapan produksi pupuk ini bisa memenuhi target harian. Kapasitas produksi idealnya lima ton, karena keterbatasan sarana dan bahan baku hanya bisa memproduksi 2,5 ton perhari,” terang Luluk. (fid/aji)

Exit mobile version