Lingkar.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUTR) pada tahun 2024 akan normalisasi sejumlah sungai yang mulai mengalami sedimentasi.
Berdasarkan data dari DPUTR Pati, total ada 19 sungai yang akan dinormalisasi. Diantaranya, Sungai Kedunglumbung Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Sungai Gayang Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, Sungai Beji Desa Karangrowo, Kecamatan Jakenan, Sungai Golan Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, Sungai Tompe Desa Talun, Kecamatan Kayen, dan Sungai Jaranmati Desa/Kecamatan Margoyoso.
Kemudian, Sungai Kedunglumbung Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo, Sungai Golan Desa Tlutup, Kecamatan Trangkil, Sungai Luboyo Desa Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Sungai Bapoh Desa Bumiayu, Kecamatan Wedarijaksa, Sungai Jaranmati Desa Semerak, Kecamatan Margoyoso, Sungai Kluweh Desa Ketip, Kecamatan Juwana, Sungai Pengkok Desa Trimulyo, Kecamatam Juwana, Sungai Lumpang Desa Plangitan, Kecamatan Pati, dan Sungai Patoman Desa Dororejo, Kecamatan Tayu.
Selanjutnya, Sungai Gungwedi Desa Margomulyo, Kecamatan Juwana, Sungai Pakis Desa Jepatkidul-Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Affur Druju Desa Margomulyo, Kecamatan Tayu, dan Sungai Simo Desa Sidokerto, Kecamatan Pati.
Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) DPUTR Kabupaten Pati Sudarno mengatakan pihaknya terus melakukan penanganan usai banjir melanda sejumlah wilayah yang berjuluk Bumi Mina Tani ini. Salah satunya, pihaknya pada tahun ini bakal melakukan normalisasi sungai yang sudah mengalami sedimentasi.
“Selain itu juga penanganan longsor dan tanggul jebol,” katanya, Senin (29/4/2024).
Menurutnya, normalisasi sungai harus dilakukan secara menyeluruh, tidak bisa sepotong-sepotong.
“Kami tidak mungkin menormalisasi yang atas, yang bawah tidak. Harus ada teknis penanganan normalisasi itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan banjir yang sering terjadi di Kabupaten Pati salah satunta disebabkan sampah yang menumpuk di sungai. Dalam hal ini, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk pemerintah desa dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana untuk menangani masalah sampah.
“Kami setiap ada pelaporan tumpukan sampah di sungai, kami langsung merapat untuk penanganan bersama,” tuturnya.
“Seperti di Margoyoso kita tangani bersama. Yang jelas kita tidak bisa menanganinya sendiri,” imbuhnya.
Menurutnya, paling banyak sampah di sungai berupa bambu dan kebutuhan keluarga.
“Yang lebih ngeri di Pakis, itu sampai beberapa hari membersihkannya. Yang jelas kita tidak bisa menghentikan kejadian itu, karena faktor alam,” pungkasnya. (*)
Penulis: Miftahus Salam
Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps