Aksi Damai Hakordia 2025, Dekan FH Unnes: Korupsi Adalah Bencana Alam Peradaban

Aksi damai Hari Anti Korupsi Sedunia di halaman Fakultas Hukum Unnes Semarang, Selasa (9/12/2105).;Foto: istimewa
Aksi damai Hari Anti Korupsi Sedunia di halaman Fakultas Hukum Unnes Semarang, Selasa (9/12/2105).;Foto: istimewa

Lingkar.co – Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar aksi damai dalam rangka peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (HAKORDIA) 2025 pada Selasa (9/12/2025) di halaman kampus setempat.

Mengusung tema ‘Suara Hukum Melawan Korupsi: Membangun Integritas dari Kampus’, kegiatan ini diikuti oleh sivitas akademika, para dosen, serta ratusan mahasiswa sebagai bentuk komitmen bersama memberantas korupsi.

Dekan FH Unnes, Prof. Dr. Ali Masyhar Mursyid, SH, MH, dalam orasinya menyebut korupsi sebagai bencana alam peradaban yang merusak sendi-sendi kehidupan bangsa.

“Korupsi bukan hanya masalah moral atau etika. Korupsi adalah bencana alam peradaban yang merusak fondasi ekonomi dan sosial bangsa secara sistemik,” tegasnya.

Ia menegaskan, dampak korupsi dapat diibaratkan sebagai ‘tsunami senyap’ yang menghancurkan investasi, merampas hak masyarakat, serta melemahkan kepercayaan publik terhadap hukum.

Pada momentum HAKORDIA tahun ini, FH UNNES membacakan tiga poin pernyataan sikap, yakni:

  1. Mengutuk keras seluruh tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
  2. Mengajak seluruh elemen bangsa terlibat aktif dalam kampanye antikorupsi dari hulu ke hilir.
  3. Mendukung penuh penegakan hukum tanpa pandang bulu terhadap seluruh pelaku korupsi.

“Ini merupakan bentuk dukungan nyata kami dalam gerakan nasional pemberantasan korupsi,” ujar Prof. Ali.

Dalam sesi orasi ilmiah, perwakilan mahasiswa FH UNNES menekankan bahwa korupsi bekerja layaknya ‘pajak ilegal’ yang membebankan biaya besar kepada masyarakat melalui pemborosan anggaran dan inefisiensi proyek.

Kondisi ini berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya Indeks Persepsi Korupsi, serta menurunnya minat investor karena ketidakpastian hukum.

Perwakilan mahasiswa juga menyatakan bahwa perjuangan antikorupsi tidak hanya menjadi tugas aparat penegak hukum.

“Kampus adalah laboratorium integritas. Melawan korupsi adalah tanggung jawab kami sebagai generasi penerus bangsa,” katanya.

Agen Perubahan

Pada kesempatan itu, Prof. Ali Masyhar juga menegaskan kembali peran mahasiswa sebagai agen perubahan karena memiliki ilmu dan idealisme.

“Hari Anti Korupsi Sedunia adalah momentum untuk meneguhkan integritas. Mahasiswa harus menjadi pionir perubahan, memastikan ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan moralitas,” ujarnya.

Mahasiswa juga didorong menjadi ‘insinyur moral’ dengan mempromosikan pencegahan korupsi melalui digitalisasi, transparansi anggaran, dan penolakan praktik politik uang di lingkungan kampus maupun kontestasi politik nasional/daerah.

Ali juga mengingatkan, peringatan HAKORDIA 2025 merupakan bukti nyata komitmen akademisi dalam membangun peradaban bebas korupsi. Maka dari itu, ia meminta agar mahasiswa menjadi garda terdepan dalam membangun budaya antikorupsi.

“Mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam membangun budaya antikorupsi, baik di tingkat nasional maupun global,” ucap Prof. Ali.

Ia juga meminta agar mahasiswa ikut menyerukan pentingnya kerja sama internasional dalam memerangi korupsi, “Perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan lintas batas. Mahasiswa Indonesia harus berani bersuara dan beraksi di kancah global demi masa depan yang bersih dan adil,” tuturnya.

Aksi HAKORDIA 2025 di FH UNNES diharapkan menjadi tonggak penguatan integritas akademik dan langkah konkret menuju Indonesia yang lebih bersih dari praktik korupsi. (*)

Penulis: Husni Muso