Lingkar.co – Kepengurusan Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah diambil alih atau caretaker (Karteker) oleh Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor secara paksa. Kabar tersebut menjadi viral di media sosial. Tak lama berselang muncul surat terbuka dari Hasyim Asy’ari yang menjabat sebagai Kepala Kesatuan Koordinasi Wilayah (Kasatkorwil) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jateng pada 2014-2017. Hasyim yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua PW Ansor Jateng pada 2010-2014 itu mengingatkan Adin Jauharudin untuk melakukan klarifikasi sebelum mengambil keputusan karteker.
“Mohon tabayyun (klarifikasi):,” demikian isi pembukaan surat terbuka tersebut
Hasyim mengingatkan bahwa alasan yang dibuat oleh Adin dalam mengambil alih kepemimpinan merupakan alasan yang mengada-ada atau tidak sesuai dengan fakta yang ada.
“Apa alasan ambil alih PW Ansor Jateng? Alasan pada bagian “Menimbang” huruf a dan b itu “mengada-ada” alias dipaksakan, tidak sesuai fakta dan mengandung kebohongan alias manipulasi. Harap Ketum hati2 dan tidak bertindak di luar aturan organisasi,” kata Hasyim pada poin pertama.
“Apakah ada bukti PW Ansor Jateng melakukan sebagaimana “tuduhan” pada huruf a? Silahkan bandingkan dangan PW PW Ansor provinsi lainnya soal produktifitas, aktifitas dan kegiatan,” lanjutnya.
Pada poin selanjutnya, Hasyim Asy’ari bahkan tidak segan menyebut bahwa PP GP Ansor melakukan intervensi terhadap PW GP Ansor Jawa Tengah.
“Apakah ada bukti panitia konferwil mengundurkan diri sebagaimana “tuduhan” mempertimbangkan huruf b? Setahu saya malah PP Ansor yang intervensi terlalu jauh dan cara-cara yang merusak tatanan organisasi,” tukasnya.
Ia lantas mengungkapkan perjuangan Ansor Jawa Tengah dalam membangun kekuatan struktur hingga merata dan solid.
“PW Ansor Jateng merintis kaderisasi dan menata organisasi sampai dengan situasi yang seperti ini, bukan hal yang mudah dan penuh dengan perjuangan lahir batin,” ungkapnya.
“Mas Addin jadi Ketum masih baru dengan penuh harapan, tapi faktanya malah “terlibat” dalam “merusak” tatanan organisasi yang diperjuangkan perlahan, bertahap dan persahabatan oleh sahabat-sahabat Ansor di Jawa Tengah,” sambungnya.
Ia pun mempertanyakan motivasi sebenarnya Adin Jauharudin berani maju dan terpilih sebagai ketua umum PP GP Ansor. “Menjadi pertanyaan besar kami, apa sebenarnya yang sedang diperjuangan dan dilakukan Mas Addin sebagai Ketum Ansor yang baru,” ujarnya.
Hasyim lantas mengingatkan sebuah kegiatan aksi massa yang dilaksanakan oleh Satkornas Banser di wilayah Jawa Tengah tanpa adanya pemberitahuan atau koordinasi terlebih dahulu.
Kalau itu, Hasyim tidak segan untuk menegur keras dan mendatangi unjuk kekuatan Banser yang dinilai sebatas untuk menunjukkan kekuatan politik.
“Almarhum Mas Alfa Isnaeni sbg Kasat Kornas Banser pernah saya (bersama-sama dengan Kang Ikhwan (Ichwanudin KPU Jateng sebagai Ketua PW Ansor dan Ndan Muchtar Ma’mun Nagabonar Banser sebagai Wakasat Korwil Banser Jateng) tegur keras dan saya datangi dalam sebuah kegiatan Satkornas Banser di wilayah Jateng tanpa pemberitahuan kepada kami Satkorwil Banser Jateng, sebuah kegiatan liar dan tindakan yang tidak organisatoris dan kekanak-kanakan hanya untuk unjuk kekuasaan di hadapan kami para penggerak Ansor/Banser di Jateng,” ingatnya.
Ia berpesan agar surat terbuka tersebut menjadi bahan untuk muhasabah atau introspeksi diri dan organisasi. “Harap menjadi bahan evaluasi dan refleksi diri pribadi dan organisasi,” pesannya.
“Saya harap Mas Addin sebagai Ketum Ansor baru tidak bertindak lalim terhadap PW Ansor Jateng, baik sebagai organisasi maupun pribadi-pribadi para penggerak Ansor di Jateng,” sambungnya.
Ia pun menyatakan pesan yang tersebar luas dari grup WhatsApp dan merambah ke media sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap sahabat dan saudara.
“Saya mengingatkan Mas Addin sebagai Ketum Ansor baru, karena Mas Addin saya anggap sebagai sahabat dan sodara saya sendiri,” ujarnya.
Pada tulisan penutup, ia menyampaikan permohonan maaf kepada Adin. Kendati demikian, Hasyim juga menyatakan harapannya agar Adin Jauharudin tersinggung atas tulisan yang beredar.
“Mohon maaf bila tersinggung, karena memang itu yang saya harapkan,” tutupnya. (*)
Dikabarkan sebelumnya, H. Sholahuddin Aly (Gus Sholah) yang dilengserkan paksa oleh PP GP Ansor dari jabatan ketua PW GP Ansor Jawa Tengah mengakui tidak ada koordinasi terkait keputusan Adin Jauharudin.
“Iya betul, kami memang sudah menerima surat caretaker dari Pimpinan Pusat tertanggal 6 September 2024 kemarin,” ungkap Gus Sholah pada wartawan, Senin (9/9/2024).
Ia pun menjelaskan isi surat keputusan caretaker tersebut. Dirinya membantah yang menjadi dasar pertama caretaker adalah PW GP Ansor Jawa Tengah dianggap tidak mampu menyelenggarakan Konferensi Wilayah (Konferwil).
Sedianya, kata Sholah, Konferwil GP Ansor Jateng digelar di Masjid Agung Jawa Tengah Kota Semarang pada 31 Agustus 2024 lalu. Namun atas arahan dari Pimpinan Pusat pula agar pelaksanaannya diundur.
“Faktanya, semua tahapan Konferwil sudah dijalankan dengan sangat baik. Mulai Musykerwil di Kudus, pembahasan materi konferensi yang melibatkan PAC dan PC se Jateng, Pra-Konferwil di Solo, hingga pendaftaran bakal calon juga sudah dilakukan,” ungkapnya.
Ia pun menyebut setelah adanya pengambilalihan kepengurusan tersebut, maka seluruh tahapan jelang Konferwil yang telah berjalan secara otomatis sudah tidak berlaku.
“Setelah caretaker maka seluruh tahapan termasuk surat-surat rekomendasi dari PAC dan PC se Jawa Tengah sudah tidak berlaku lagi,” ungkapnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor : Kharen Puja Risma