Anggota DPR RI Kritik Lemahnya Sistem Pendidikan Hingga Padatnya Jam Mengajar Guru

Ilustrasi: Murid Sekolah Saat Upacara, Ist/Lingkar.co
Ilustrasi: Murid Sekolah Saat Upacara, Ist/Lingkar.co

SEMARANG,Lingkar.co – Anggota Komisi IX Fadholi, mengkritisi adanya sistem pendidikan zonasi saat ini, Menurutnya sistem tersebut kurang efektif karena masih belum tepat untuk saat ini.

Hal itu, ia sampaikan setelah menjadi pembicara dalam Seminar Kebangsaan yang bertajuk ‘Memberikan Pendidikan Nilai Kebangsaan Bagi Generasi Sejak Usia Dini’ di Hotel Muria, Jumat (22/10/2021).

“Kalau mau menerapkan sistem zonasi, maka infrastruktur pendidikan setidaknya harus ada kesetaraan,” tegasnya.

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Ia menjabarkan ada beberapa hal yang harus setara terlebih dahulu untuk menuju sistem zonasi. Seperti tingkat infrastruktur, sarana prasana, dan kualitas guru pengajar.

“Kalau infrastruktur pendidikannya belum siap, maka juga akan mencetak generasi yang belum siap,” katanya.

Kritisi Padatnya Jam Mengajar Guru

Tidak hanya sistem pendidikan, ia menilai jam wajib mengajar bagi guru di Indonesia terlalu lama. Menurutnya itu berpengaruh terhadap pendidikan karakter anak.

Png-20230831-120408-0000

Menurutnya, 40 jam wajib mengajar bagi guru terlalu padat. Sehingga, guru hanya berfokus pada kegiatan belajar mengajar saja tanpa mendidik karakter anak.

“Perlu adanya peninjauan kembali jam belajar mengajar guru yang perlu dilaksanakan oleh guru, yaitu 40 jam. Ini kan terasa kesibukan guru hanya memberikan aspek kognitif,” ucapnya.

Menurutnya, fokusnya guru kepada aspek kognitif akan menghilangkan aspek-aspek lainnya seperti pendidikan dan nasional.

“Untuk itu akan kita sampaikan kepada kementerian yang terkait dalam hal ini, tentunya menteri pendidikan,” ucap Politikus Partai Nasdem Itu.

Senada dengan Fadholi, Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Budiyanto, juga merasakan jam wajib mengajar 40 jam bagi guru terasa memberatkan.

“Guru jangan diberikan jam pelajaran mengajar 40 jam, akhirnya guru mengajar saja. Biar guru bisa mendidik membimbing atau membina murid-murid yang agak nakal,” ucapnya.

“Sehingga, tugas-tugas yang mengarah kepada pembentukan karakter itu tidak ada,” tambahnya.

Karena menurutnya, tugas-tugas pembentukan karakter sangat penting bagi para penerus bangsa.

Selain itu, padatnya jam mengajar tersebut, membuat guru kesusahan untuk mengurus pangkatnya sendiri.

“Sampai guru ga bisa ngurus pangkatnya sendiri, karena administrasi. Ngurus ini, harus ini ga bisa, jadi waktunya habis untuk ngajar,” katanya.

Penulis : Rezanda Akbar D.

Editor : Muhammad Nurseha

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *