Antara Duka dan Berkah di Tengah PPKM

Penjual kelapa muda, Martono sedang melayani pembeli. FOTO: DANANG DISKA ATMAJA/Lingkar.co

SEMARANG, Lingkar.co – Status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Semarang, Jawa Tengah turun ke level 2. Status tersebut berlaku per tanggal 31 Agustus hingga 6 September 2021 mendatang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikannya dalam pengumuman melalui kanal YouTube Setpres, Senin (30/8/2021).

Mendengar hal tersebut, Sulis (28 tahun), merasa lega. Pemilik warung indomie (warmindo) di jalan raya Sekaran, Gunungpati tersebut sudah ‘berpuasa’ lebih dari dua bulan sejak PPKM darurat berlaku.

“Kembang kempis, tak tentu penghasilannya. Buka sepi, tidak buka ya tidak ada pemasukan. Sulit pokoknya,” ujarnya kepada Lingkar.co, Sabtu (4/9/2021).

Hijau-Minimalist-Ucapan-Selamat-Sukses-Kiriman-Instagram-3

Terlihat etalase berisi mie instan mulai berkurang stoknya. Hal ini bukan karena pembeli ramai membeli dagangannya, melainkan stok habis untuk konsumsi keluarganya sehari-hari.

Baca Juga:
Pemprov Jateng Beri Perlindungan Anak Yatim Piatu Karena Covid-19

“Saya masih tetap memperkerjakan satu karyawan saya yang jauh merantau datang kesini. Ya bagaimanapun tetap berjuang meski keadaan tak tentu,” ungkap pria yang usianya menginjak kepala tiga tersebut.

Meski PPKM kota Semarang turun ke level 2, bagi Sulis belum terasa dampak positifnya. Ia masih belum mampu menambah barang dagangannya, sebab pembelian belum stabil seperti sebelum PPKM berlaku.

Png-20230831-120408-0000

“Masih harus nutup modal yang kemarin-kemarin saat sepi. Sebelum PPKM saya berjualan hampir 24 jam. Karena PPKM ya harus tutup lebih awal. Itu jelas mengurangi pendapatan,” tuturnya.

Sulis menambahkan, hari-hari sebelum PPKM ia mampu menjual 80-100 porsi mie instan per hari. Namun saat ini menurun menjadi maksimal 30 porsi per hari kala ramai.

“Dulu ada untung yang bisa dikantongi. Saat ini mikir aja buat balik modal,” imbuh pria asli Gunung Pati tersebut.

Berkah Tak Terduga

Tak semua nasib manusia itu sama, begitulah ungkapan yang tepat di masa pandemi Covid-19 ini. Martono (56 tahun) justru nasibnya lebih beruntung daripada Sulis. Ia malah mendapatkan berkah tersendiri dengan jualan kelapa muda di jalan yang sama dengan Sulis.

Banyak pembeli memburu kelapa muda sebagai konsumsi sehari-hari. Biasanya pembeli mengkonsumsinya sebagai penambah stamina.

“Pembeli saya naik dalam satu bulan ini, ya awal-awal PPKM,” ujar kakek satu cucu tersebut.

Berkah tersebut, Martono tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Sejak sepuluh tahun berjualan, baru bulan ini jualannya benar-benar laris. Sebelumnya ia hanya mampu menjual 20-35 buah kelapa, namun saat ini ia mampu 110-125 buah kelapa per hari.

“Baru laris banget ya bulan ini,” ungkapnya

Martono berharap dampak positif keberkahan ini tidak hanya ia saja yang merasakan. Namun, semua pedagang yang nasibnya tak tentu juga segera dapat kembali memperoleh pendapatan normal.

“PPKM di kota Semarang kan sudah turun level dan udah longgar jam buka tutupnya. Semoga pedagang lain dapat kembali normal seperti sediakala,” imbuh Martono.

Penulis : Danang Diska Atmaja

Editor: Nadin Himaya

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *