Lebih lanjut, Luthfi akan menggandeng seluruh pihak di antaranya, BUMD dan BUMN, juga pelaku usaha seperti Hipmi dan KADIN. Langkah pertama tentu nanti akan ada rapat secara komprehensif sekaligus mengkaji secara mendalam manfaat dari adanya penerbangan perintis ke beberapa daerah tersebut.
“Kunci bergeraknya investasi dan pertumbuhan ekonomi adalah kecepatan dan kemudahan transportasi. Secara tidak langsung juga mengenalkan kepada dunia luar, tidak hanya di wilayah kita,” ungkap Luthfi.
Selain itu, penerbangan perintis itu akan mendukung kerja sama dengan provinsi lain yang sudah dilakukan. Misalnya dengan Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Lampung. Terutama terkait pengembangan pariwisata.
“Di Kepulauan Riau itu ada EO untuk kegiatan internasional, kita akan bawa ke sini. Tugas Gubernur, Bupati, dan Wali Kota adalah manajer marketing, dan Jateng itu menarik,” ujarnya.
Sementara itu, pemilik maskapai Susi Air, Susi Pudjiastuti, mengatakan, pihaknya mempunyai komitmen yang sama untuk terus membuka isolasi wilayah-wilayah pulau terluar. Bukan hanya di luar Pulau Jawa melainkan juga di dalam Pulau Jawa. Selama ini banyak yang tidak tahu bahwa daerah-daerah di dalam Pulau Jawa itu konektivitasnya masih 4, 5, 6, bahkan sampai 8 jam. Tidak hanya jaraknya tapi karena traffic dan faktor lainnya.
“Adanya breakthrough transportation ini, dengan udara akan mempercepat, seperti ke Karimunjawa hanya 1 jam (dari Semarang), kalau kapal laut bisa delapan jam dan kalau ada ombak besar tidak bisa lewat,” ujarnya.
Susi juga menyontohkan jarak tempuh antara Semarang-Cilacap. Kalau menggunakan transportasi darat masih memakan waktu kurang lebih 4-5 jam. Dengan penerbangan langsung dapat mempercepat waktu dan juga dapat mengundang investor datang karena lebih mudah dijangkau.
“Kebanyakan orang-orang penting itu yang tidak banyak dimiliki adalah waktu, uang banyak untuk mereka investasikan. Modal besar tapi waktunya tidak banyak. Breakthrough flight ini juga dapat menghidupkan ekonomi dan pariwisata,” katanya.
Ia menambahkan, Bandara Internasional Ahmad Yani sah menjadi bandara internasional kalau memiliki banyak feeder untuk masuk ke rute-rute kecil. Keberlanjutannya juga dapat bisa terjaga. Terkait hal ini, Susi Air siap kalau Pemprov Jateng membutuhkan lebih banyak penerbangan perintis.
“Kalau Karimunjawa-Semarang butuh 4-5 penerbangan per hari kita siap. Mau Semarang-Cilacap kita siap. Tentu dengan dukungan seluruh jajaran Pemprov Jateng dan Ahmad Yani Airport,” jelasnya.
“Rencana kita ada Jogja-Semarang, tadi saya coba cuma 30 menit kalau pakai mobil masih 2-3 jam. Kami siap menerbangi semua kota/kabupaten di Jateng ke ibukota Jateng,” tuturnya (*)