Lingkar.co – Setiap tahun, perayaan Tri Suci Waisak dipusatkan di Candi Borobudur, diawali dengan pengambilan Api Dharma dari Sumber Api Alam Mrapen Desa Manggar Mas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Prosesi pengambilan api dilakukan oleh para bhikkhu Sangha, perwakilan beberapa majelis umat Buddha, perwakilan dari Kementerian Agama, TNI, Polri, perwakilan pemerintah setempat dan beberapa instansi terkait.
Sebelum acara pengambilan Api Dharma, prosesi diawali dengan penyalaan lilin panca warna serta pembacaan Paritta Suci dari masing-masing majelis, seperti majelis Sangha Theravada Dhamayut Indonesia, Majelis Agama Buddha Mahanikaya (MBMI), perwakilan dari Vihara Palpung (Tibet), Zhenfozong Kasogatan Indonesia (ZFZ Kasogatan), Sangha Mahayana Indonesia, dan Majelis Rohaniwan Tri Dharma Seluruh Indonesia )Martrisia).
Melansir dari laman resmi Kemenag RI, perwakilan dari Bhikku Sangha, Bhante Subhacaro menjelaskan, penggunaan Api Dharma dari Mrapen dalam kegiatan Waisak sebagai simbol kebangkitan dan pencerahan. Melalui api ini, kata dia, diharapkan ada spirit kuat untuk menghilangkan hal-hal yang bersifat buruk dan membangkitkan jiwa-jiwa yang baik.
“Setelah berhasil mengendalikan itu semua diharapkan bisa membangkitkan jiwa-jiwa yang baik dalam kita dan membangkitkan kesadaran kita untuk mengikis keserakahan, kebodohan dan kebencian,” katanya, Senin (12/5/2025).
“Jika ini terlaksana maka wujud kesejatian akan muncul dan akhirnya pula kita mengembangkan cinta kasih, kasih sayang dan bisa mewujudkan perdamaian dunia,” sambungnya menjelaskan.
Ia melanjutkan, perdamaian dunia bisa terwujud jika rasa cinta kasih terus dikembangkan. Sebab jika sifat lobha bisa berkurang maka otomatis perasaan-perasaan kepada semua makhluk akan timbul. Sebaliknya jika yang dikembangkan adalah keserakahan maka akan memicu sifat keserakahan bahkan peperangan.
“Ini sesungguhnya makna api sebagai wujud dari perdamaian. Ada pengendalian diri dan juga kasih sayang,” tandasnya.
Melalui semangat Api Dharma, lanjutnya, umat juga diharapkan memiliki tekad kuat untuk membangkitkan sifat-sifat baik dan memacu semangat dalam mengarungi kehidupan. Selain itu, Api Dharma Mrapen juga bisa menjadi sarana melatih diri untuk membiasakan dalam perbuatan-perbuatan positif.
Jika hal itu terbentuk, maka diyakini mampu melahirkan kesejatian abadi berupa tindakan yang tenang dan perdamaian. Ini selaras dengan tema Perayaan Hari Raya Waisak 2025, yaitu “Tingkatkan pengendalian diri dan kebijaksanaan, wujudkan perdamaian dunia,” tutupnya. (*)
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat