Asa Penjual Bendera Semarang Sirna di Tengah Pandemi

SOSOK: Lamiono, penjual bendera musiman di Jalan Protokol Brigjen Sudiarto, Kota Semarang, Kamis (12/8/2021). (DINDA RAHMASARI/LINGKAR.CO)
SOSOK: Lamiono, penjual bendera musiman di Jalan Protokol Brigjen Sudiarto, Kota Semarang, Kamis (12/8/2021). (DINDA RAHMASARI/LINGKAR.CO)

SEMARANG, JAWA TENGAH, Lingkar.co – Sejak awal Agustus 2021, banyak penjual bendera musiman memadati jalan utama di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Seperti tradisi tahunan, setiap menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI, mereka berharap untung dari momen tersebut.

Namun, pada masa pandemi saat ini, harapan meraup untung dari penjualan bendera dan pernak-pernik kemerdekaan seakan menghilang.

Momen peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan RI tahun ini, seakan tidak berpihak kepada penjual bendera. Asa itu pun  sirna di tengah pandemi.

Lamiono, seorang penjual bendera di jalan protokol Brigjen Sudiarto, menampik adanya peningkatan omzet.

Justru, kata dia, pendapatannya semakin menurun dari tahun lalu.

Baca juga:
Warga Desak Pemkab Lakukan Perbaikan Jembatan

“Turunnya sampai 50 persen. Kalau sebelum pandemi pada tanggal segini bisa menjual 400 tiang dan 200 bendera,” ujarnya, Kamis (12/8/2021).

Menurutnya, momen kemerdekaan tahun lalu, sebanyak 200 tiang dan 60 bendera laku terjual. Kini, hanya setengahnya yang laku.

“Tahun kemarin hanya bisa menjual 200 tiang dan 60 bendera. Tahun ini setengahnya dari itu. Masih banyak sisanya,” keluhnya

Padahal kata dia, persiapan menjual bendera untuk perayaan kemerdekaan telah ia lakukan sejak 3 bulan sebelumnya.

Lamiono berangkat ke pengepul  yang ada di wilayah Boja atau Gunungpati untuk membeli bambu.

“Kalau sudah mepet malah sepi. Karena orang sudah pada pasang bendera depan rumah masing-masing,” ujarnya.

Dia mengatakan, kebanyakan orang yang membeli tiang bendera dan umbul-umbul kepadanya, untuk menghias jalanan kampung.

Baca juga:
Ini Cara Puskemas Bugangan Beri Vaksin Covid-19 Masyarakat Rentan

Sementara untuk bendera, pembelinya lebih banyak dari perseorangan.

Lamiono mengatakan untuk harga satu bendera ukuran 40×60 ia bandrol Rp25 ribu. Sementara untuk ukuran besar 60×90 Rp35 ribu.

Berhenti Jadi Sopir

Seblelm menjual bendera, pria berusia 63 tahun itu, berprofesi sebagai sopir truk.

Namun, kata Lamiono, sejak dirinya mengidap vertigo, ia memutuskan untuk berhenti sejak 5 tahun terakhir.

Untuk tetap bertahan, ia pun menjajal bisnis kue keliling dan bendera.

“Tapi dari hasil itu ternyata lebih banyak dari menjual bendera. Apalagi jelang 17 Agustus,” ungkapnya.

Lamiono mengaku, tidak menjual kembali tiang sisa tahun lalu. Karena bisa menurunkan kualitas.

“Kalaupun di cat ulang hasilnya tidak sebagus tiang yang baru,” ujarnya.

Baca juga:
Ahli Kelautan ITB Protes Tol Tanggul Laut Semarang-Demak, Ini Penjelasan Ganjar!

Lamiono berharap, ada angin segar bagi pelaku usaha seperti dirinya di tengah masa pandemi ini. *

Penulis: Dinda Rahmasari Tunggal Sukma

Editor: M. Rain Daling