Dari Baju Kotor, Widji Astutik Ciptakan Inovasi Batik Lumpur

Widji Astutik, pengerajin batik asal Desa Lanji, Kecamatan Patebon. (dok Istimewa)
Widji Astutik, pengerajin batik asal Desa Lanji, Kecamatan Patebon. (dok Istimewa)

Lingkar.co – Sebuah inovasi menarik datang dari seorang perempuan paruh baya di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Widji Astutik yang merupakan pengerajin batik asal Desa Lanji, Kecamatan Patebon, yang berhasil menciptakan batik berbahan dasar lumpur. Inovasi unik ini bermula dari kejadian sederhana, baju ayahnya yang kotor sepulang dari sawah.


Melalui tangan kreatifnya, Widji Astutik, perempuan 45 tahun itu, mampu mengubah lumpur sawah khususnya lumpur dari sarang yuyu atau kepiting air tawar menjadi bahan pewarna batik alami.
Inovasi ini bermula enam tahun lalu, ketika ayah Widji pulang dari sawah dengan celana penuh lumpur. Ketika lumpur itu mengering, tampak bekas degradasi warna yang menarik perhatian. Momen itu menjadi titik awal munculnya ide membuat batik dari lumpur.


Widji, yang sudah menekuni usaha batik sejak 2011, kemudian mencoba menggunakan lumpur sebagai bahan pewarna, dibantu anak-anaknya di rumah produksi batik miliknya yang terletak di Jalan Sunan Abinawa, Karangturi, Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.


Proses pewarnaan menggunakan lumpur ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Setidaknya 15 kali perendaman diperlukan agar warna yang dihasilkan benar-benar maksimal. Setelah itu, kain dijemur di bawah sinar matahari, lalu kembali direndam dan dijemur berulang kali.


“Kalau cuma lima kali rendam, warnanya kurang bagus. Setelah 15 kali, hasilnya bisa gelap atau terang, tergantung permintaan,” jelas Widji Astutik, pencipta batik lumpur.


Tidak semua lumpur bisa digunakan. Widji hanya memanfaatkan lumpur dari sarang kepiting air tawar di persawahan, yang menurutnya memiliki kualitas pewarna lebih baik. Selain lumpur, Widji juga bereksperimen dengan bahan alami lain seperti daun mangga, daun kersen, kayu secang, kayu tingi, kulit mahoni, dan daun jati. Motif batik ciptaannya selalu menonjolkan unsur lokal Kendal sebagai identitas khas.


Meskipun terlihat sederhana, harga kain batik lumpur bisa mencapai Rp2,5 juta per lembar. Nilai ini dianggap sebanding dengan proses produksi yang panjang dan unik. Batik lumpur karya Widji bahkan telah menembus pasar luar negeri. Belum lama ini, salah satu karyanya dibeli oleh warga Tiongkok yang tinggal di Jakarta melalui pemesanan daring.


Untuk melindungi karyanya, Widji telah mendaftarkan batik ciptaannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Berkat inovasi ini, Widji telah meraih berbagai penghargaan hingga tingkat nasional. ***