Budidaya Nila Salin Pati Dapat Dukungan Pusat, Siap Ekspor ke Jeddah

Lokasi budidaya ikan nila salin di Desa Dororejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis (24/7/2025). Foto: Istimewa/Humas

Lingkar.co – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Yandri Susanto bersama Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meninjau lokasi budidaya ikan nila salin di Desa Dororejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis (24/7/2025). Kunjungan tersebut didampingi langsung oleh Bupati Pati, Sudewo.

Dalam kunjungan itu, para pejabat mendengarkan langsung aspirasi para petambak dan meninjau kondisi lapangan. Bupati Sudewo mengungkapkan bahwa Pati memiliki lahan budidaya nila salin seluas 1.855 hektare, yang merupakan yang terluas di Jawa Tengah.

“Potensi ini bahkan dapat dikembangkan hingga lebih dari 5.000 hektare,” ujarnya.

Namun, ia juga mengakui masih ada sejumlah kendala yang dihadapi petambak.

“Dengan kehadiran Pak Menteri Desa dan Pak Dirjen dari Kementerian KKP, Insya Allah segala persoalan akan terselesaikan. Sehingga ikan nila salin betul-betul akan menjadi sentra perekonomian untuk Kabupaten Pati dan Jawa Tengah. Mohon doanya,” lanjut Sudewo.

Menteri Yandri menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan nila salin di Pati. Ia mengatakan pemerintah pusat telah mencatat persoalan-persoalan utama yang disampaikan pembudidaya.

“Kami sudah mendengar langsung persoalan, di antaranya tentang pakan, pemasaran, dan teknis budidaya. Tadi sudah kita urai semua persoalan yang ada. Insya Allah, kami ingin desa ini berdaya, desa ini menjadi pusat ekonomi dengan nila salin, apalagi dikaitkan dengan makan siang bergizi yang membutuhkan ikan banyak,” kata Yandri.

Ia menambahkan bahwa Kemendes akan membantu mencarikan offtaker atau pengumpul hasil panen dan membuka peluang ekspor ke luar negeri.

“Tujuannya tentu untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan kesejahteraan petani,” imbuhnya.

Senada dengan Yandri, Dirjen Perikanan Budidaya KKP juga menyoroti tiga masalah utama yang dihadapi pembudidaya: pakan, teknis budidaya, dan pemasaran.

“Untuk pemasaran, Pak Menteri Desa sudah memberikan solusi,” ujarnya.

Terkait teknis budidaya, pihaknya akan menggelar pelatihan maskulinisasi ikan nila pada 30 Juli 2025 di Pati.

“Kami akan menugaskan staf dari Balai untuk memberikan pelatihan. Khusus untuk masalah pakan, pastinya ada selisih. Mudah-mudahan ini bisa menjawab apa yang menjadi persoalan kita semua,” jelasnya.

Ia berharap dalam waktu lima tahun ke depan, hasil nila salin dari Pati sudah bisa menembus pasar ekspor.

“Semoga dalam lima tahun ke depan paling tidak sudah ada ikan nila salin Kabupaten Pati yang terbang menuju Jeddah, Arab Saudi,” pungkasnya. (*)