Dampak Program MBG, Harga Sayur dan Bumbu Dapur di Pasaran Jadi Naik

Suasana di pasar Kendal. Foto: Yoedhi/Lingkar.co
Suasana lapak pedagang sayur dan bumbu di pasar Kendal. Foto: Yoedhi/Lingkar.co

Lingkar.co — Program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan untuk meningkatkan asupan gizi siswa di sekolah ternyata membawa dampak lain di pasaran. Sejumlah komoditas bahan pokok seperti sayuran dan bumbu dapur mengalami kenaikan harga cukup signifikan, bahkan mencapai seratus persen dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan pantauan di Pasar Kendal, kenaikan harga ini mulai terasa sejak program MBG dijalankan secara masif di berbagai sekolah. Pedagang mengaku, permintaan bahan masakan meningkat tajam karena banyaknya dapur MBG yang beroperasi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan ribuan porsi makanan bergizi bagi siswa.

Menurut Jumiatun, pedagang bumbu dapur di Pasar Kendal, harga beberapa bahan pokok melonjak tajam.

“Harga bawang merah yang tadinya Rp40 ribu per kilogram sekarang naik jadi Rp45 ribu. Telur ayam juga dari Rp28 ribu naik jadi Rp30 ribu. Ini karena banyak bahan diborong untuk kebutuhan MBG, jadi pasokan di pasar berkurang,” ujar Jumiatun, Kamis (13/11/2025).

Kondisi serupa juga dirasakan Sumiatun, pedagang sayuran di pasar yang sama. Ia mengatakan bahwa kenaikan harga membuat pedagang kesulitan menambah stok barang.

“Sayur sekarang mahal semua. Sawi caisim yang biasanya Rp4 ribu sekarang jadi Rp6 ribu, buncis dari Rp6 ribu naik jadi Rp11 ribu. Cabe merah juga naik dari Rp50 ribu jadi Rp53 ribu, wortel dari Rp6 ribu jadi Rp11 ribu. Barangnya juga susah karena banyak diborong dapur MBG,” jelasnya.

Sumiatun menambahkan, meski harga naik, pedagang justru tidak banyak diuntungkan karena daya beli masyarakat biasa ikut menurun.

“Kalau beli banyak takut tidak laku, soalnya yang beli cuma dari dapur MBG saja. Pembeli umum malah banyak yang ngeluh mahal,” katanya.

Kenaikan harga yang terjadi hampir di semua jenis sayur dan bumbu dapur ini menandakan tingginya permintaan akibat pelaksanaan program MBG. Meski di satu sisi program ini disambut baik oleh siswa dan orang tua karena membantu memenuhi kebutuhan gizi, namun di sisi lain berdampak langsung pada keseimbangan pasokan bahan pangan di pasar tradisional.

Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan langkah antisipatif agar pelaksanaan program MBG tidak memicu gejolak harga di pasaran, misalnya dengan memperkuat pasokan bahan baku dari petani lokal atau membuka jalur distribusi khusus untuk kebutuhan MBG. (*)

Penulis: Yoedhi W