Derasnya Hujan, Derasnya Duka: Dua Bocah Hanyut di Tengah Banjir Semarang

Basarnas evakuasi korban hanyut di Telogomulyo, Pedurungan. (dok Basarnas Semarang)
Basarnas evakuasi korban hanyut di Telogomulyo, Pedurungan. (dok Basarnas Semarang)

Lingkar.co – Hujan deras yang mengguyur Kota Semarang sejak Selasa (28/10) tak hanya meninggalkan genangan dan kemacetan. Di balik derasnya arus air yang menenggelamkan jalan dan rumah warga, tersimpan kisah pilu yang menyesakkan, dua bocah menjadi korban ganasnya banjir.

Siang itu, hujan belum berhenti mengguyur wilayah timur Semarang. Di beberapa titik seperti Kaligawe, Pedurungan, dan Semarang Timur, air menggenang hingga lutut orang dewasa. Tim SAR Kantor SAR Semarang bersama unsur gabungan bekerja tanpa henti sejak siang hingga dini hari. Tercatat, 47 warga dievakuasi, sebagian besar anak-anak, lansia, dan ibu hamil.

Namun di tengah kesibukan evakuasi itu, kabar duka datang bertubi-tubi. Seorang bocah, AR (7), murid kelas 1 MI Tarbiyatus Sibyan, dilaporkan hilang terseret arus di Telogomulyo, Pedurungan. Tim SAR menyisir saluran air dan sungai hingga dini hari. Sekitar pukul 03.00 WIB, jasad kecil itu akhirnya ditemukan warga tak jauh dari lokasi awal.

Belum selesai kesedihan itu, satu lagi nyawa kecil terancam. RA (9), bocah perempuan asal Sedayu Tugu Semarang, hanyut di selokan yang sedang diperbaiki di kawasan Argomulyo Mukti Asri, Telogomulyo. Dalam rekaman CCTV milik warga, Rahma terlihat berjalan di depan ibunya di tengah hujan sore. Hanya beberapa langkah sebelum bencana, kakinya terpeleset ke lubang saluran yang tertutup air hujan. Seketika tubuh mungil itu terseret derasnya arus menuju Sungai Gasem.

Sang ibu berlari panik, berteriak dan mencoba terjun menyelamatkan anaknya, namun tak kuasa melawan derasnya arus. Warga yang mendengar teriakan itu segera menolong sang ibu, yang hampir ikut hanyut.

“Saat ini tim kami bersama tim SAR gabungan masih melakukan pencarian di sepanjang saluran air itu. Medan yang tertutup sampah dan area pencarian yang panjang menjadi tantangan tersendiri. Kami berharap korban segera ditemukan,” ujar Budiono, Kepala Kantor SAR Semarang.

Musibah ini menjadi pengingat betapa rawannya kawasan pemukiman di bantaran saluran air Kota Semarang. Ketika hujan datang berhari-hari tanpa henti, saluran yang tak mampu menampung limpasan air berubah jadi jebakan maut.

Kini, duka menyelimuti dua keluarga kecil di Pedurungan. Di tengah genangan yang mulai surut, doa mereka masih mengalir, berharap RA segera ditemukan, dan agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban dari sistem drainase yang belum sepenuhnya siap menghadapi cuaca ekstrem. ***