Dinkes Imbau Masyarakat Waspadai Penyakit Leptospirosis di Musim Hujan, Begini Penjelasannya

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pati Joko Leksono Widodo. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pati Joko Leksono Widodo. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co

Lingkar.co – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati meminta masyarakat, terutama petani supaya lebih mewaspadai penyakit leptospirosis pada saat musim hujan.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pati Joko Leksono Widodo menjelaskan leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri LeptospiraBakteri ini dapat menyebar melalui urine yang terinfeksi. Salah satu hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran penyakit ini adalah tikus.

Diketahui, gejala leptospirosis mirip dengan penyakit flu, tetapi lebih berat dan disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.

Menurutnya penyebaran leptospirosis akan lebih berbahaya jika terjadi banjir, karena banyak tikus yang keluar dari sarangnya.

“Biasanya kalau sudah ada banjir itu seperti kita ketahui kan menggenangi sawah, otomatis rumah-rumah tikus yang ada di sawah, rong-rong itu kan ada semacam kencing tikusnya. Itu biasanya dihinggapi yang disebut oleh leptospirosis,” jelasnya, Selasa (5/3/2024).

Ia pun bersyukur sampai saat ini Pati belum dilanda banjir besar, sehingga dapat meminimalisir adanya penyakit ini. Meski begitu, pihaknya meminta masyarakat tetap waspada.

“Alhamdulillah Pati sampai saat ini belum ada banjir. Namun, kalau musim penghujan seperti ini waspada kita adalah penyakit leptospirosis,” ujarnya.

Saat ini, katanya, Kabupaten Pati masuk dalam kategori endemis terhadap penyakit leptospirosis. Hal ini karena setiap tahun kasusnya selalu ada, meskipun belum ada kasus kematian yang dilaporkan.

Oleh karena itu, pihaknya selalu meminta Puskesmas melakukan penyemprotan desinfektan ke rumah-rumah warga usai tergenang banjir.

“Artinya itu akan memberantas virus yang ditularkan lewat kencing tikus. Karena tikus ini kan tidak hanya di sawah, di rumah-rumah juga ada dan membahayakan,” ungkapnya.

Apalagi, katanya, tikus yang berada di rumah biasanya ukurannya lebih besar ketimbang yang ada di sawah. Menurutnya itu sama-sama berbaya, sehingga harus diantisipasi.

Pihaknya pun mengimbau masyarakat, khususnya para petani ketika pulang dari sawah langsung mandi dan memakai sabun. Dengan begitu, bakteri atau pun virus yang ada di kulit dapat dihilangkan.

“Namun efektifnya petani kalau ke sawah harus pakai sepatu boat, tapi tidak mungkin, akan kesulitan. Yang terpenting selalu makan makanan yany bergizi sehingga daya tahan tubuh terjaga,” pungkasnya. (*)

Penulis: Miftahus Salam