Disdikbud Kendal Tidak Keluarkan Edaran Melarang Bawa Lato-lato ke Sekolah

KENDAL, Lingkar.co – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi mengatakan, pihaknya tidak mengeluarkan surat edaran ke satuan pendidikan (Satpen) tentang pelarangan siswa membawa lato-lato ke sekolah.

Meski begitu, ia mengatakan pihaknya hanya sebatas mengimbau semua Satpen agar siswa tidak membawa maianan tersebut ke sekolah.

Menurut Wahyu, boleh saja bermain lato-lato. Namun harus pada tempatnya, serta dibawah bimbingan dan pengawasan orang tua/orang dewasa.

HUT Kendal

“Permainan lato-lato itu mampu melatih motorik, olahraga tangan, dan menciptakan komunikasi antar anak untuk bermain bersama,” kata Wahyu kepada Lingkar.co, Sabtu (14/1/2023).

“Permainan tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan gadget pada anak,” tandasnya.

HUT Kendal

Meski tidak melarang, namun ia sudah mengetahui banyak Satpen di Kendal yang memberikan aturan larangan bermain lato-lato. Pelarangan tersebut sebagai antisipasi agar tidak mengganggu kenyamanan kegiatan belajar mengajar.

Png-20230831-120408-0000

Lebih lanjut Wahyu mengatakan, meski bermanfaat namun ada juga sisi negatif lato-lato.

Antara lain ia sebut suara bising yang dihasilkan mengganggu kenyamanan konsentrasi siswa saat belajar.

Ilustrasi anak bermaian lato-lato (Foto: Wahyudi/Lingkar.co)

“Suaranya yang nyaring dan menimbulkan kebisingan. Juga bisa menjadikan lingkungan sekolah untuk belajar menjadi kurang kondusif,” ujarnya.

Silahkan saja mau main lato-lato tapi tidak di sekolah, mainlah saat di rumah,” ucapnya.

Viral dan Ngetren

Lato-lato merupakan salah satu mainan yang tren pada tahun 90an. Bentuknya sederhana, hanya dua buah bola keras yang terikat oleh seutas satu tali. Mainan ini kembali populer menjadi virus virtual (viral). Karenanya berbagai kalangan pun memainkannya.

Karena simpel, demam lato-lato menjadikan banyak orang yang membawanya kemana saja. Tidak terkecuali juga pelajar yang membawanya ke sekolahan.

Namun, Siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Galeh 2, Kecamatan Gemuh, Hazim Zhafran HQ mengaku bermain lato-lato hanya mengikuti trend terhadap permainan yang sedang viral saat ini.

Ia mengaku tidak pernah membawa mainan lato-lato ke sekolah. Melainkan, biasanya ia mainkan lato-lato bersama teman sebayanya setelah pulang sekolah.

“Gampang-gampang susah mainnya. Apalagi kalau awal-awal belajar main lato-lato, tangan bisa sakit memar karena kena bola lato-lato yang keras,” akunya.

“Bagi yang sudah mahir main lato-lato karena ada tekniknya, selain sudah terbiasa main permainan tersebut,” katanya yang kini masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut.
Penulis: Wahyudi
Editor: Ahmad Rifqi Hidayat

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps