Lingkar.co – Peningkatan pengetahuan kompetensi dasar kebencanaan masyarakat sangat penting untuk diwujudkan. Harapannya, mereka mampu menerapkan langkah tepat dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang berpotensi menghadirkan sejumlah bencana.
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Sarif Abdillah mengatakan, kemampuan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana melalui berbagai upaya peningkatan pengetahuan kebencanaan, harus konsisten dilakukan.
“Ini semua untuk menjawab berbagai tantangan potensi bencana alam di provinsi ini,” ungkap Sarif Abdillah, Kamis (4/12).
Kakung, sapaan akrab Sarif, dalam upaya meningkatkan kemampuan mitigasi bencana, sejumlah kearifan lokal juga bisa disosialisasikan sebagai bagian dari solusi terkait pengelolaan sumber daya alam yang baik.
“Karena kondisi topografi yang meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang Pulau Jawa, serta dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh wilayah pantai utara dan selatan, menyebabkan Provinsi Jawa Tengah memiliki posisi yang rawan bencana alam,” jelas politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Kondisi tersebut, ujar Sarif, membutuhkan kesiapan semua pihak terkait, antara lain pemerintah, para pegiat sosial dan kebencanaan, serta masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang.
“Diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang upaya tanggap bencana seperti identifikasi dan pemetaan risiko, perencanaan mitigasi, penyebaran informasi dan sosialisasi, serta penerapan upaya fisik dan nonfisik,” katanya.
Belum lama ini, terjadi musibah tanah longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Musibah ini menyebabkan 21 warga meninggal dunia dan 2 lainnya dinyatakan hilang.
Dalam waktu hampir bersamaan, tanah longsor juga menimpa Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara. Sebanyak 17 warga meninggal dan 11 lainnya dinyatakan hilang.
Berbagai kejadian itu, kata Kakung, harus menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
“Menjaga kelestarian lingkungan bukan sekadar pilihan, melainkan benteng utama bangsa dalam menghadapi ancaman bencana alam yang kian kompleks,” beber legislator dari daerah pemilihan (dapil) Banyumas dan Cilacap ini.
Menurut Sarif, pelestarian lingkungan itu dapat dilakukan oleh masyarakat melalui beragam bentuk kegiatan. Di antaranya adalah reboisasi atau penghijauan, pengurangan sampah plastik, pelestarian kawasan rawan longsor, serta praktik pertanian yang bersifat ramah lingkungan.
“Bahkan, ini sudah seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup kolektif setiap masyarakat di tanah air,” tandasnya. (*)
