DPRD Nilai Insentif Vasektomi Perlu Dievaluasi agar Tepat Sasaran

Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang, Arya Setya Novanto. (dok Alan Henry)
Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang, Arya Setya Novanto. (dok Alan Henry)

Lingkar.co — Program pemberian insentif Rp1 juta bagi peserta vasektomi yang dijalankan Pemerintah Kota Semarang dinilai sebagai langkah progresif dalam mendorong keterlibatan pria pada program Keluarga Berencana (KB). Meski demikian, Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang, Arya Setya Novanto, menegaskan bahwa pelaksanaannya tetap harus mengikuti ketentuan dan dilakukan secara selektif.

Arya menyebut bahwa peran laki-laki dalam KB merupakan tanggung jawab bersama untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. “Program ini bagus karena tidak hanya perempuan yang dibebani urusan KB, tapi juga laki-laki bisa ikut berperan,” ujarnya.

Ia kemudian mengingatkan bahwa penerapannya tidak boleh asal-asalan. “Hanya saja, pelaksanaannya harus tetap sesuai ketentuan,” tambahnya.

Menurut Arya, edukasi menyeluruh wajib diberikan sebelum tindakan vasektomi dilakukan. Ia menilai pemahaman masyarakat tentang manfaat dan risikonya masih minim.

“Jangan sampai orang hanya tahu dapat Rp1 juta, lalu langsung ikut vasektomi tanpa tahu syarat atau kondisi kesehatannya. Harus ada seleksi yang jelas,” tegasnya.

Ia meminta Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) memastikan bahwa sasaran program benar-benar tepat. Arya menilai peserta ideal adalah pria yang memiliki minimal dua anak dan tidak lagi berada pada usia produktif.

“Jangan sampai semua disamaratakan. Kalau masih usia produktif tapi sudah diajak vasektomi, itu perlu dievaluasi,” ujarnya.

Soal efektivitas penggunaan anggaran, Arya mengungkap bahwa DPRD belum mendapatkan laporan evaluasi dari Disdalduk KB. Ia memastikan akan menindaklanjuti hal tersebut dalam pembahasan RKPD.

“Kami akan tanyakan sejauh mana penyerapan anggaran dan dampak program vasektomi ini terhadap masyarakat,” jelasnya.

Meski menyoroti beberapa aspek, Arya menilai besaran insentif Rp1 juta masih wajar sebagai dorongan awal bagi masyarakat. “Menurut saya, nilainya cukup. Ini kan hanya stimulus agar bapak-bapak lebih terbuka ikut KB,” katanya.

Ia juga menepis pandangan keliru terkait vasektomi. “Banyak yang masih salah paham, mengira vasektomi bisa mengurangi kejantanan. Padahal tidak begitu,” ujarnya.

Arya berharap, ke depan Disdalduk KB lebih aktif melakukan sosialisasi agar masyarakat memahami tujuan utama vasektomi, bukan sekadar mengejar insentif. Program ini, tegasnya, harus dipandang sebagai upaya bersama membangun keluarga sehat dan meningkatkan kualitas hidup warga. ***