Lingkar.co -:Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang akan mendirikan dapur umum untuk mendukung penanganan warga terdampak banjir di kelurahan Tambakrejo, Gayamsari, Kota Semarang.
“Untuk solusi jangka pendek, kami sudah siapkan dari LPBI sendiri untuk membantu warga dengan membangun tenda dapur umum,” kata Ketua LPBINU Kota Semarang, dr. Muhammad Hayyi Wildani saat bertemu dengan Camat Gayamsari, di jembatan Kaligawe Semarang, Rabu (29/10/2025) siang.
Ia juga melaporkan, NU menurunkan relawan untuk melakukan evakuasi korban dan mendirikan tenda dapur umum dengan kapasitas 1.500 nasi bungkus per hari, “Ini akan kita tambahkan perahu karet untuk evakuasi dan pengiriman logistik dari dapur umum,” jelasnya.
Sementara, Ketua RW 8 Kelurahan Tambakrejo, Arifin mengungkapkan di Kelurahan Tambakrejo ada 3.700 KK atau sekitar 10.200 jiwa yang terdampak banjir dengan titik terdalam sekitar 60-70 cm.
Dari jumlah tersebut ada ratusan warga di beberapa RT di 3 RW yang terisolasi banjir. Ia mengaku kesulitan untuk mengirimkan bantuan makanan karena tidak ada perahu karet. Padahal lokasi yang dituju berada jauh dari jalan raya Kaligawe.
“Kita mencari peraunya saja sulit, kami minta bantuan perahu untuk distribusi bantuan, evakuasi warga, itu harus ada di tempat yang dekat kami yang terisolasi yang jauh,” ujarnya.
Ia juga berharap agar pemerintah mengalirkan air dari rumah pompa menuju sungai Banjir Kanal Timur (BKT) karena ia menilai kapasitasnya masih cukup untuk menampung air. Namun air dari rumah pompa tidak dialirkan ke sungai.
ia melanjutkan, air tidak bisa surut karena air dari kolam retensi tidak bisa dibuang ke laut karena terhambat oleh jalan tol yang menjadi pagar laut.
Sebab, kata dia, posisi kolam retensi hanya untuk menampung air dari rumah pompa Tenggang Gayamsari dan Rumah Pompa Sringin Genuk. Namun air tersebut kembali lagi ke permukiman warga lantaran untuk mengalir ke laut terhalang Giant Sea Wall
“Kita mau buka pintu air gak berani, nanti kita takut masuk lagi. Nah ini larinya (air) ke Sultan Agung muter lagi ke tempat kita lagi,” ungkapnya.
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat








