SEMARANG, Lingkar.co – Ribuan pondok pesantren di Jateng berpotensi mampu mendompleng ekonomi di Jawa Tengah melalui ekonomi syariah. Peningkatan ekonomi syariah tersebut bisa melalui produk UMKM ala ponpes.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber Festival Jateng Syariah (Fajar) 2021 secara virtual, Rabu (22/9/2021).
“Ada beberapa yang kita launching, salah satunya Toko Santri Gayeng (Tosaga). Kita juga terus menggencarkan program Ekonomi Pesantren (Ekotren),” katanya.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi sektor UMKM jenis makanan ringan di Jateng mengalami kenaikan.
Baca Juga :
Promosikan 20 Jenis Kopi Nusantara, Indonesia Jadi Sorotan di Coffex Istanbul 2021
Dengan begitu, para pihak-pihak termasuk Bank Indonesia ikut turun tangan membantu para pelaku UMKM agar mendapat sertifikat halal.
Selain itu, para pelaku UMKM berbasis pesantren mendapat pendampingan untuk sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), akses permodalan, dan sebagainya.
“Saya pernah mendampingi Ekotren yang mempunyai usaha membuat makanan berbahan daging ayam dan sapi,” katanya
“Kemudian kabupaten lokasi RPH (Rumah Potong Hewan) asal dari daging itu belum ada yang bersertifikat halal. Ternyata untuk mendapatkan sertifikat halal suatu produk makanan itu banyak yang perlu disiapkan dari hulu sampai hilir,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Pribadi Santoso, mengatakan pada tingkat regional Jateng, merupakan salah satu wilayah potensial pengembangan ekonomi syariah dengan pangsa 14 persen.
Terlebih, Jawa Tengah termasuk dalam lima besar provinsi dengan jumlah pesantren terbesar di Indonesia.
“Tingginya potensi ekonomi syariah di Jawa Tengah, mendorong perlunya sinergi pengembangannya, sehingga dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru sekaligus dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Penulis : Rezanda Akbar D.
Editor : Nadin Himaya