Gabah Dijual ke Luar Daerah Picu Kenaikan Harga Beras di Pati

Gabah hasil panen para petani di Pati banyak dijual ke luar daerah. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co
Gabah hasil panen para petani di Pati banyak dijual ke luar daerah. Foto: Miftahus Salam/Lingkar.co

Lingkar.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati menyebut banyak gabah hasil panen para petani di Kabupaten Pati yang dijual ke luar daerah. Hal ini menjadi salah satu penyebab harga beras di pasaran mengalami kenaikan.

Penjabat (Pj) Bupati Pati Henggar Budi Anggoro mengaku pihaknya belum bisa mengontrol distribusi gabah hasil panen para petani di Kabupaten Pati. Sehingga, membuat banyak gabah lari ke luar daerah.

“Kalau produksi gabah di Pati ini larinya ke mana kita nggak tau. Karena banyak juga orang yang jual hasil panennya ini kan tergantung mana yang lebih mahal. Biasanya itu keluar dari Pati,” ujarnya.

Whats-App-Image-2024-09-19-at-14-21-32

Menurutnya, hasil panen para petani sangat mampu memenuhi kebutuhan beras di Kabupaten Pati, bahkan bisa dikatakan surplus.

“Tapi kan untuk gabah ini tidak bisa terus ditahan di Pati, itu tidak bisa. Karena orang jual beli itu kan bebas,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati Hadi Santoso mengatakan bahwa salah satu penyebab harga beras di Pati melonjak karena banyak beras hasil produksi para petani yang dijual keluar daerah. Selain itu karena memang panen yang belum maksimal.

Png-20230831-120408-0000

“Salah satu penyebab kenaikan harga beras disebabkan banyak beras Pati yang keluar. Karena Pati ini kan termasuk daerah lumbung beras. Juga mungkin panen yang belum maksimal. Maret mungkin baru ada panen raya,” bebernya.

Sebelumnya, Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati mencatat bahwa pada tahun 2023 produksi gabah kering giling mencapai 538.641,97 ton. Jumlah tersebut bila dikonversikan ke beras menjadi 344.838,59 ton beras.

“Sementara kebutuhan beras Kabupaten Pati sebesar 125.218,25 ton. Dengan demikian, terdapat surplus 175,39 persen atau sebesar 219.620,34 ton,” ungkap Kepala Dispertan Pati Niken Tri Meiningrum.

Menurut Niken, tingginya harga beras
akibat beras dari daerah ini dijual hingga ke berbagai kota-kota besar seperti Jakarta. Selain itu juga karena tingginya permintaan, sementara panen raya belum terjadi.

“Karena panen dan permintaan pasar jomplang. Panen tidak banyak, tapi permintaan tinggi,” ujarnya. (*)

Penulis: Miftahus Salam

Dapatkan update berita pilihan dan terkini setiap hari dari lingkar.co dengan mengaktifkan Notifikasi. Lingkar.co tersedia di Google News, s.id/googlenewslingkar , Kanal Telegram t.me/lingkardotco , dan Play Store https://s.id/lingkarapps