Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) sedang merayakan Hari Ulang Tahunnya (HUT) yang ke-29 (18 Oktober 1993 – 18 Oktober 2022). Diusia ke-29 sudah barang tentu bukan usia muda lagi, tapi usia yang cukup umur dalam roda organisasi. GMPI adalah organisasi sayap Partai Persatuan Pembangunan, yang sudah barang tentu sebagai anak harus mampu membahagiakan orang tuanya dengan menjawantahkan Program Partai melalui Otonom GMPI.
Sesuai slogan GMPI yaitu “Sanggup Mengatasi Tantangan” tentu bukan hal yang begitu saja dijalankan, akan tetapi penuh dengan perjuangan yang tentu saja tidak mudah. GMPI sesuai dengan namanya akan menggait para Pemuda dan Pemudi untuk bergabung didalamnya.
Sebagai anak PPP, GMPI mempunyai tantangan yang berat dalam menghadapi Selera Zaman. Seperti dikatakan Pengamat Politik dari Parameter Politik, Adi Prayitno; “PPP akan naik suaranya apabila PPP bisa mengkonsolidasikan semua kekuatan politiknya, kerja ekstrakordinary merangkul figur figur kunci sebagai magnet elektoral dan tentu positioning yang sesuai selera anak zaman”.
Pernyataan sesuai selera anak zaman, adalah tentu bagaimana PPP melalui GMPI bisa merangkul kaum kaum muda Millenial untuk bisa bergabung dengan PPP. Tentu saja ini tidak mudah bagi GMPI untuk merangkul kaum Millenial yang bercenderung Apolitik dan Apatis. Perlu terobosan terobosan hangat dan mampu bergumul dengan anak muda Millenial. Menurut data Litbang Kompas, tren elektabilitas PPP berdasarkan kelompok Usia dan Kategori Generasi Y (Millenial) 7,6℅. Angka yang jauh dibandingkan dengan Kelompok usia X yang memperoleh posisi 43,5℅.
Berdasarkan data Litbang Kompas diatas menunjukan bahwa Pemilih PPP masih didominasi oleh kaum Tua, dan masih kecil anak muda millenial yang keterpilihanya ke PPP.
Sebagai anak kandung PPP, GMPI seharusnya mampu menjawab Batsul Masailnya PPP terutama untuk ketepilihan anak muda Millenial terhadap PPP. Sekali lagi ini pekerjaan berat yang harus dipikul GMPI untuk serius menggarap anak Muda Millenial yang cenderubg Apolitis dan Apatis.
GMPI lelakunya harus bisa mapping dan mengkonsolidasikan lewat Mahasiswa Campus, Anak anak SMA, dan kelompok muda lainya, ini dengan cara dan warna selera mereka. Ada tiga bentuk partisipasi politik generasi Millenial (Sumber Kompasiana) yaitu:
- Terpicu oleh isyu isyu apa saja yang sedang Viral didalam internet, yang dijadikan isyu pembahasan dikalangan Millenial
- Menggunakan Pendekatan Digital
- Cenderung Individualis
Dari ketiga bentuk partisipasi politik Millenial Penggunaan Media Sosial melalui Internet (FB, IG, Twitter, WA dll) paling dominan. Melihat arah kecenderungan tersebut GMPI harus ramah dan bersahabat dengan Digital melalui Internet.
Melihat realitas PPP dan GMPI adalah satu Kohesi yang tak bisa dipisahkan, dimana GMPI mempunyai tugas penting untuk menterjemahkan Kepentingan kepentingan Politik PPP terutama kepada kepada Millenial.
Dibawah kepemimpinan Ketum Achmad Baidowi GMPI setidaknya sudah mulai menjalankan amanahnya sebagai anak PPP, yaitu melakukan Kaderisasi baik di tingkat Pusat melalui Pendidikan Kader sampai ke Daerah. Disamping itu GMPI sedang melakukan konsolidasi secara Masif dari tingkat Pusat sampai tingkat Cabang.
Setidaknya Program program GMPI memiliki efek yang positif dalam rangka menyiapkan kader kader militan PPP baik secara intektual maupun Gerakan. Secara intelektual harus mampu mengkaji secara Ilmiah tentang ke PPP agar pada Pemilu 2024 bisa memperoleh target PPP lolos PT. Secara gerakan GMPI juga harus mampu membaur ke Masyarakat terutama anak anak muda agar mau dan tertarik dengan keterpilihan PPP.
Semoga saja GMPi bisa menjawab pertanyaan pertanyaan PPP pada generasi Millenial dan Bisa mengatasi tantangan, sesuai dengan Sloganya “GMPI sanggup mengatasi tantangan”
Cilacap, 18 Oktober 2022
Akhmad Salim
Wakil Sekretaris PW GMPI Jawa Tengah
Wakil Sekretaris DPC PPP Cilacap